Kenapa Orang Suka Menghina dengan Menyeret Keluarga? Ini Penjelasan Psikologinya
Kenapa Orang Suka Menghina dengan Menyeret Keluarga? Ini Penjelasan Psikologinya
Pernahkah kamu debat dengan seseorang lalu tiba-tiba dia berkata, "Ya maklum, paman kamu aja begitu" atau "Kakak kamu juga sama aja"? Nah, itulah yang disebut dengan fenomena 'seret keluarga'—menghina seseorang dengan menyebut anggota keluarganya.
Terdengar sepele? Ternyata tidak. Dalam ilmu psikologi, kebiasaan ini punya makna yang dalam dan cukup mengganggu. Yuk kita bahas dari sisi psikologi sosial dan kepribadian.
Apa Itu “Seret Keluarga”?
“Seret keluarga” adalah kebiasaan menyindir, mengolok-olok, atau menghina seseorang dengan menyebut anggota keluarganya yang sebenarnya tidak ada hubungannya. Biasanya muncul saat pelaku kehabisan argumen atau emosi sedang tidak stabil.
Kenapa Ada Orang yang Suka Melakukan Ini?
1. Mekanisme Pertahanan Ego
Saat seseorang merasa kalah debat atau terpojok, ia bisa menggunakan mekanisme pertahanan psikologis seperti displacement atau pengalihan emosi. Karena tidak bisa menyerang langsung, akhirnya keluargamu yang dijadikan pelampiasan.
2. Emosi yang Tidak Terkelola
Orang yang suka menyeret keluarga seringkali punya kecerdasan emosional (EQ) yang rendah. Mereka tidak bisa mengelola emosi negatif seperti marah atau malu, sehingga meledak dalam bentuk hinaan tidak relevan.
3. Rendahnya Empati
Dalam teori Big Five Personality, perilaku ini muncul dari neurotisisme tinggi (mudah stres, tidak stabil) dan agreeableness rendah (kurang peduli perasaan orang lain).
Apa Dampaknya pada Korban?
Menghina keluarga sama dengan menyerang identitas sosial. Banyak orang merasa harga dirinya terikat pada keluarga. Akibatnya, korban bisa merasa sangat terluka, minder, atau bahkan mengalami trauma psikologis ringan.
Dalam jangka panjang, penghinaan semacam ini bisa memicu stres, kecemasan sosial, dan kepercayaan diri yang rendah.
Budaya yang Ikut Membentuk
Di banyak budaya, termasuk Indonesia, keluarga dianggap bagian penting dari harga diri. Jadi, ketika seseorang menghina anggota keluargamu, itu bukan sekadar kata-kata—melainkan bentuk penghinaan terhadap kehormatan.
Bagaimana Menghindari dan Menanggapi?
1. Jangan Balas Seret Keluarga
Balas hinaan dengan hinaan hanya akan memperpanjang siklus toksik. Tanggapi dengan tenang, atau tinggalkan diskusi jika sudah tidak sehat.
2. Kembangkan Komunikasi Asertif
Komunikasi asertif artinya kamu menyampaikan pendapat dengan tegas tapi tetap sopan. Ini jauh lebih kuat daripada komunikasi agresif atau pasif-agresif.
3. Edukasi dan Contoh Positif
Jika kamu seorang guru, orang tua, atau figur publik, berikan contoh komunikasi sehat tanpa bawa-bawa keluarga orang. Ini akan membantu mengubah budaya digital dan sosial menjadi lebih etis.
Kesimpulan
Menghina dengan menyeret keluarga bukanlah tanda kecerdasan atau keberanian, tapi justru mencerminkan kekurangan pengendalian diri dan empati. Mari belajar menjadi pribadi yang bijak dalam berbicara, karena lidah yang tajam bisa lebih menyakitkan daripada senjata.
Tag:
#psikologi #verbalabuse #komunikasisehat #mentalhealth #etikaonline
Posting Komentar