Yang Kembali Bukan Rina
Cerpen Misteri Pedesaan | Cerita Pendek Penuh Twist
Di sebuah desa kecil bernama Tirta Asih, dikelilingi hutan bambu dan hamparan sawah, hidup seorang perempuan tua yang dikenal sebagai Emak Sumi. Ia tinggal bersama anak perempuannya satu-satunya, Rina, yang baru berumur sembilan tahun.
Rina dikenal ceria dan penurut. Setiap pagi, sebelum matahari benar-benar tinggi, ia akan duduk di depan rumah sambil menyisir rambut dan menyanyikan lagu-lagu dolanan.
Namun suatu pagi, kebiasaan itu lenyap.
Pagi yang Hilang
“Rina, ayo bantuin emak nyabit singkong,” panggil Emak Sumi dari dapur.
Tidak ada sahutan.
Pintu kamar Rina terbuka, bantal masih rapi, dan di jendela, pita merah kesayangannya tergantung diam. Tidak ada tanda-tanda kepergian. Seolah Rina lenyap begitu saja—tanpa suara, tanpa jejak.
Warga desa panik. Anak Emak Sumi hilang? Itu kejadian pertama dalam sejarah Tirta Asih. Orang-orang beramai-ramai menyusuri sawah, menyisir sungai kecil, dan bahkan masuk ke hutan bambu yang dipercaya angker. Tapi nihil.
Satu-satunya petunjuk aneh yang ditemukan adalah boneka kayu kecil tergantung di pohon asem tua—boneka yang wajahnya menyerupai Rina.
“Dulu, katanya, kalau anak hilang dan wajahnya muncul di boneka kayu itu, artinya... sudah ditukar,” bisik seorang tetua kampung dengan suara pelan.
Emak Sumi tidak mau percaya. Ia yakin Rina masih hidup.
Malam Ketujuh
Malam ke-7 sejak hilangnya Rina, hujan turun sangat deras. Petir menyambar langit dan angin membuat pohon bambu meliuk meliar seperti bayangan menari. Emak Sumi berjalan sendiri ke pohon asem tua itu sambil membawa foto Rina dan sebuah sesajen kecil.
“Balikin anakku... ambil nyawaku kalau perlu. Jangan Rina... jangan dia...” tangisnya pecah di antara gemuruh.
Tiba-tiba, akar pohon itu bergetar. Sebuah suara lirih terdengar dari baliknya. “Mak…”
Warga yang menyusul kemudian menemukannya pingsan di tanah berlumpur, dengan pita merah tergenggam erat di tangannya.
Yang Pulang Bukan Yang Sama
Keesokan harinya, Rina… pulang. Wajahnya sama. Suaranya mirip. Tapi matanya… kosong. Ia tidak mengenali Emak. Tidak tahu nama sendiri. Dan hanya mengulang satu kalimat:
“Sudah boleh keluar sekarang…
”Emak Sumi tetap menerimanya, memeluknya erat. Tapi malam harinya, ia mendengar suara lain dari kamar Rina.Lagu dolanan. Tapi dengan lirik yang belum pernah ia dengar.
“Si Rina asli sudah pergi, Yang tinggal hanya ganti diri. Tidurlah tenang, wahai yang tua,pita merah kini milikku selamanya...”
Emak Sumi menatap kamar itu dengan tubuh gemetar. Ia tahu—yang pulang… bukanlah anaknya.
Posting Komentar