Bayang Panjang di Ladang Jagung
🌑
Huta Simaninggir tak pernah benar-benar tidur. Meski lampu minyak dipadamkan dan suara tonggeret mulai menghilang, angin malam selalu membawa sesuatu yang tak bisa dijelaskan. Sesuatu yang membuat siapa pun enggan keluar rumah lewat tengah malam, apalagi kalau lewat ladang jagung di pinggir desa.
Namanya Begu Ganjang. Begu artinya hantu. Ganjang artinya panjang.
Konon, ia tak terlihat oleh mata biasa, tapi bayangannya bisa menyentuh langit. Dan malam itu, bayangan itu muncul lagi.
🌽
Hari itu, Rinto, seorang pemuda desa, baru saja pulang dari kota. Ia baru lulus kuliah dan berencana menetap sementara di kampung halaman sambil mencari pekerjaan. Orang tuanya senang, namun diam-diam mereka waswas. Ini bulan Sipaha Lima, waktu-waktu ketika begu katanya kembali berkeliaran.
"Kalau kau dengar suara desisan dari ladang, jangan ditoleh, Rin," pesan ibunya sambil menyajikan kopi panas.
Rinto hanya tertawa kecil. “Mak, zaman sekarang nggak ada lagi hantu-hantuan. Semua itu sugesti.” Ibunya hanya menatap cemas.
🌕
Tiga malam setelah itu, Rinto pulang agak larut. Ia mampir ke rumah temannya, di seberang ladang jagung. Saat melintasi jalan setapak di antara rimbunan jagung, angin berhenti. Malam menjadi senyap.
Lalu, terdengar desisan. Panjang dan berat. Seperti napas yang ditarik dari perut bumi.
Langkah Rinto terhenti.
Tanpa sadar, matanya mengarah ke langit. Di atasnya, bayangan tinggi menjulang, lebih tinggi dari pohon aren. Tidak tampak jelas bentuknya, tapi... ia bergerak.
![]() |
Rinto menoleh ke belakang. Tidak ada apa-apa. Tapi ketika menoleh lagi ke depan, makhluk itu sudah ada di depannya.
Tubuhnya kurus tinggi, seakan kulit menempel langsung di tulang. Rambutnya panjang hingga menyentuh tanah. Matanya—hanya satu, tepat di tengah kening—menatapnya kosong. Tangan panjangnya menjuntai hingga menyentuh tanah.
Dan... ia berbicara tanpa suara.
> “Kau... belum waktunya kembali...”
🪵
Keesokan paginya, warga menemukan Rinto terbaring di tengah ladang jagung, tubuhnya kaku, mata terbuka, dan lidahnya menjulur.
Tak ada luka.
Tak ada jejak.
Hanya ada satu garis memanjang, seperti bekas sesuatu yang sangat tinggi dan berat berdiri di situ semalaman.
Orang-orang tak berani bicara keras-keras. Tapi mereka tahu.Begu Ganjang telah kembali.Dan dia... sedang mencari tubuh baru.
Cerita a ini diangkat dari mitos Begu Ganjang, makhluk gaib dalam kepercayaan masyarakat Batak. Kisah ini murni fiksi dan disusun ulang dengan gaya penceritaan modern agar bisa dinikmati pembaca masa kini. Apakah Anda pernah mengalami kejadian serupa atau punya kisah dari desa Anda? Tulis di kolom komentar!
Posting Komentar