tag:blogger.com,1999:blog-60175099711197110012024-03-14T18:17:27.549+07:00Cerita Kang DodiKumpulan Cerita,Puisi,Tips Menulis, Horror dan misteriCerbung.nethttp://www.blogger.com/profile/15731203594099120808noreply@blogger.comBlogger18125tag:blogger.com,1999:blog-6017509971119711001.post-57071775112993213692023-12-18T01:31:00.003+07:002023-12-19T12:36:13.863+07:00Perempuan mana<p>Yang aku rasakan selama ini, tidak pernah aku rasakan. </p><p>Aku seperti robot bergerak dan terus bergerak, tidak pernah peduli lagi dengan apa yang kudengar dan kurasa.</p><p>Dikala hujan kaki melepuh membiru, menahan dingin sepanjang waktu, kau tahu sepatu boot itu tinggi, apa yang kamu rasa ketika kaki berada dalam genangan air dalam waktu cukup lama?. Ditambah debu bercampur jadi satu menciptakan tanah lumpur yang bergesekan dengan kulit kaki. Sering melepuh tapi kuanggap sudah biasa, rasa perih kulit yang luka. </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheVZX9jXLK99TmgUu5SGq7tgPqrpe7ry2gmeLiqX2BigvRQpaB7d9NKe-A7XjIFtnPhRn_OhmuonZT1jN8cVsXDVdBRhoeKx1n45PPTZTKy24gYk2vz7jG5D8qeEyYqaoOSAAo5Kbg60X_valAeMmlFuf-S2Ju1Fk0wtP0Wvrqy9iYJFrY6CXBBMKKKLFz/s474/iu.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="355" data-original-width="474" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheVZX9jXLK99TmgUu5SGq7tgPqrpe7ry2gmeLiqX2BigvRQpaB7d9NKe-A7XjIFtnPhRn_OhmuonZT1jN8cVsXDVdBRhoeKx1n45PPTZTKy24gYk2vz7jG5D8qeEyYqaoOSAAo5Kbg60X_valAeMmlFuf-S2Ju1Fk0wtP0Wvrqy9iYJFrY6CXBBMKKKLFz/s320/iu.jpg" width="320" /></a></div><p>Tidak pernah lagi aku anggapu semua omongan yang menyinggung keterbatasan fisik, terlalu sudah terbiasa.</p><p>Tidak akan ada yang peduli sampai diri berharap suatu saat, harapan yang sering muncul namun kadang redup.</p><p>Perhatikan pula perubahan warna kulit yang terbakar oleh teriknya matahari.</p><p>Selama siang, bermenit sampai berjam-jam rasa gerah, dan gatal. </p><p>Debu-debu berterbangan di situasi siang hari, bayangkan semua nya bersatu terkumpul dalam tubuhku.</p><p>Kurang cukup apakah semua itu aku lakukan.</p><p>Mungkin bila suatu saat pengorbanan ini masih dianggap sia-sia...</p><p><br /></p>Cerbung.nethttp://www.blogger.com/profile/15731203594099120808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6017509971119711001.post-49542356544262908462023-12-05T08:47:00.006+07:002023-12-05T08:53:44.954+07:00Website cerbung.com saya di rampok ketika terlambat perpanjang domain Ini terjadi beberapa tahun yang lalu setelah tanam backlink sana-sini domain atas nama cerbung.com yang saya kelola dirampok.<div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0Fo48C_Cj1_jYoV9iCm9mHT24HCPW1pxAxqmIt62QqZQ9TUULgYD2cFe1ma3SKOxI0XFIuBKHvZz_XEVCAfPAGR-6SJ0Rv9w8HFKmTvdMTeAKcRoUexGX2l1hzYLJRxIlmvqxXxrfd5t4UzOpZz_7NuIl8Qie4dNlGDl6mdXPCo9FBo2aJUpt7XIYVC_C/s216/images.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="121" data-original-width="216" height="121" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0Fo48C_Cj1_jYoV9iCm9mHT24HCPW1pxAxqmIt62QqZQ9TUULgYD2cFe1ma3SKOxI0XFIuBKHvZz_XEVCAfPAGR-6SJ0Rv9w8HFKmTvdMTeAKcRoUexGX2l1hzYLJRxIlmvqxXxrfd5t4UzOpZz_7NuIl8Qie4dNlGDl6mdXPCo9FBo2aJUpt7XIYVC_C/s1600/images.jpeg" width="216" /></a></div><br /><div><br /></div><div> untuk orang yang sudah merampok domain saya nikmatilah hasil mobiteize dari hasil jerih payah yang saya lakukan. Beberapa tahun lalu.
Hanya karena lupa perpanjang domain
alhasi domain saya di rampok...
Selamat menikmati rampokan anda.!!!
</div></div>Cerbung.nethttp://www.blogger.com/profile/15731203594099120808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6017509971119711001.post-63481751749398416282020-04-25T22:02:00.001+07:002020-04-25T22:02:53.909+07:00Bahaya memakai emas dan perak berikut ini alasannya <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqJi2EFyLVbbKD1zbJDqox1HDT_Onmqm8Imsr6IyuG7LuuxsdWdbxIqoH4jfryOSkJq7K0-oDVc2rX9aFwVFUBYmlVesrz_64SkehtBbG7NlQorAbLuXmTkQ34v_lxkfxwyrqUNZHTgxZa/s1600/Bahaya+memakai+emas+dan+perak+berikut+ini+alasannya.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqJi2EFyLVbbKD1zbJDqox1HDT_Onmqm8Imsr6IyuG7LuuxsdWdbxIqoH4jfryOSkJq7K0-oDVc2rX9aFwVFUBYmlVesrz_64SkehtBbG7NlQorAbLuXmTkQ34v_lxkfxwyrqUNZHTgxZa/s400/Bahaya+memakai+emas+dan+perak+berikut+ini+alasannya.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
Islam memberikan tuntunan kepada umatnya untuk memanfaatkan segala karunia yang Allah Subhanahu Wa Ta'ala berikan. Segala nikmat yang telah diberikan hendaknya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya baik yang bersifat lahiriah maupun batiniah.<br />
<br />
Namun demikian setelah memperoleh karunia yang begitu banyak, kita hendaknya tidak menggunakan nikmat itu secara berlebihan dan menghambur-hamburkan nya hanya untuk memenuhi hawa nafsu. Kita harus pandai bersyukur dengan apa yang telah dikaruniakan, firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala "Sesungguhnya jika kamu bersyukur Pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu dan jika kamu mengingkari nikmat ku maka sesungguhnya azabku sangat pedih"<br />
<br />
Islam telah memberikan aturan kepada umatnya untuk tidak berlebih-lebihan dalam segala hal sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Sebaik-baik perkara adalah yang sedang tengah-tengah saja, maksud hadis ini ingin memberikan Penjelasan bahwa perbuatan yang paling baik dan disenangi oleh Rasul adalah tidak berlebih-lebihan, namun dalam prakteknya kita sering lupa dengan apa yang telah menjadi ketentuan kita tidak pandai untuk bersyukur atas segala nikmat yang telah dikaruniakan Allah kepada makhlukNya. Setelah sekian lama Rizki yang diperoleh semakin bertambah banyak dari hari ke hari kita hanya menuruti hawa nafsu membuat rumah yang begitu megah dan mewah dengan segala perabotan yang indah, mobil mewah, pakaian dan perhiasan lengkap hingga tidak cukup satu lemari, bahkan dengan kekayaan yang dimiliki kita bisa berbuat apapun yang kita mau karena ingin mendapat pujian dan penghargaan banyak kalangan berusaha menunjukkan segala kemampuan dan kekayaan dengan cara berlebih-lebihan segala perabot rumah dan perhiasan serta pakaian yang berukir emas permata dan kemewahan lain selalu menghiasi rumah bahkan untuk menunjukan kemewahan itu tidak sedikit yang menggunakan bejana piring gelas yang terbuat dari emas, mereka lupa bahwa kemewahan dan kemegahan itu merupakan karunia yang diberikan Allah subhanahu wa ta'ala untuk disyukuri, sehingga melahirkan kepekaan sosial terhadap lingkungan sekitar yang kurang beruntung dalam hidupnya, mereka harus mengganti keinginan memiliki emas dan perhiasan pasaran yang imitasi terbuat dari besi atau bahkan tidak sedikit yang harus membuang jauh keinginannya memakai perhiasan karena tidak mampu memilikinya.<br />
<br />
Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah mengingatkan manusia untuk menjauhi sikap-sikap berlebih-lebihan, sebagaimana dalam firman-nya bermegah-megahan telah melalaikan kamu sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu Kelak kamu akan mengetahui akibat perbuatan mu itu Quran surat at-takasur ayat 1 sampai 3 Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sendiri tidak menyukai kalau umat Islam memenuhi rumahnya dengan simbol simbol kemewahan dan berlebih-lebihan yang dilarang oleh Alquran atau lambang-lambang keberhasilan yang menyesatkan.<br />
<br />
Kehadiran Islam memberikan tuntunan untuk meninggalkan kebiasaan memakai bejana piring dan gelas yang terbuat dari emas dan perak dalam kehidupan sehari-hari, bahkan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam mengecam keras mereka yang sengaja memamerkan kekayaan dengan menggunakan alat makan dari emas yang jelas menyimpang ini sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam yang diriwayatkan dari hudzaifah. "Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam melarang kami minum dan makan Dalam bejana emas dan perak melarang kami mengenakan Sutra tipis dan Sutra tebal dan melarang kami duduk di atasnya beliau bersabda semua itu untuk mereka orang-orang kafir di dunia dan untuk kita di akhirat" ( Hadits Riwayat Bukhari )<br />
<br />
Pengharaman bejana emas dan perak, sutra murni dan sejenisnya sebagaimana tersebut diatas berlaku baik untuk laki-laki maupun perempuan, sebab pengaturan ini adalah untuk membersihkan rumah dari unsur-unsur kemewahan yang membodohi ini, menurut Ibnu qudamah antara laki-laki dan perempuan itu sama saja dengan melihat keumuman hadits, disamping itu alasan pengharamannya adalah karena terdapat unsur kemewahan kesombongan dan melukai hati orang yang miskin dan ini meliputi dua belah pihak laki-laki dan perempuan. Adapun diperbolehkannya berhias dengan emas perak dan Sutra bagi wanita adalah demi kepentingan suami bukan untuk orang lain atau menyombongkan diri.<br />
<br />
Dilihat dari segi ekonomi emas dan perak merupakan standar uang internasional dan Allah telah menjadikan emas dan perak sebagai ukuran nilai harta dan menentukan harga dengan adil serta memudahkan peredaran uang di kalangan orang banyak bukan menahan nya di rumah dalam bentuk uang simpanan atau menyia-nyiakan dalam bentuk bejana dan alat perhiasan lainnya. Imam Al Ghazali dalam karyanya Al Ihya mengetengahkan renungan yang patut diresapi. Siapapun yang menjadikan dirham dan Dinar sebagai bejana dari emas dan perak berarti telah kufur nikmat, keadaannya lebih buruk dari orang-orang yang menyimpannya, karena perumpamaan orang seperti ini sama dengan orang yang mempekerjakan seorang kepala negara untuk menenun dan menyapu atau pekerjaan-pekerjaan lain yang biasa dilakukan orang rendahan, akan tetapi menahan penguasa merupakan tindakan lebih indah lagi hal itu disebabkan tembikar ataupun Tanah Besi timah dan tembaga sudah dapat menggantikan emas dan perak untuk menjaga makanan, sedangkan tembikar dan besi tidak memadai untuk dijadikan uang sebagaimana yang dimaksud pada akhirnya.<br />
<br />
Janganlah beranggapan bahwa pengharaman ini sebagai upaya mempersempit kehidupan orang muslim sebab berbagai masalah yang halal dan baik itu masih sangat luas di luar emas dan perak dan hal yang patut direnungkan adalah Islam memberikan tuntunan kepada umatnya agar tidak berperilaku sombong dan menyombongkan diri dengan berbuat secara berlebihan<br />
<div>
<br /></div>
Cerbung.nethttp://www.blogger.com/profile/15731203594099120808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6017509971119711001.post-71309228967085825572020-04-17T22:59:00.000+07:002020-04-17T22:59:02.120+07:00Puisi Lama Pantun Cinta<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjo7sta4vsD6ViZyHGP8EItWW9PunZKSVFjS7pMgRJj4hh06cR6y8h5csTwoT8dLQRhiIP7SXqMgjMvxyjx5-H0jK8n2ORizt1ApjUD88iCLnwNFr_TeD4BzNP35ifqIubrhSqTD1vNP2tb/s1600/Puisi+Lama+Pantun+Cinta.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjo7sta4vsD6ViZyHGP8EItWW9PunZKSVFjS7pMgRJj4hh06cR6y8h5csTwoT8dLQRhiIP7SXqMgjMvxyjx5-H0jK8n2ORizt1ApjUD88iCLnwNFr_TeD4BzNP35ifqIubrhSqTD1vNP2tb/s320/Puisi+Lama+Pantun+Cinta.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Pantun termasuk ke dalam kategori puisi lama di mana biasanya puisi selalu berakhiran dengan kalimat yang hampir sama ataupun memiliki pola ab ab atau aa aa biasanya pantun itu terdiri dari pada 4 bait berikut dibawah ini ini merupakan contoh dari pada pantun Selamat membaca ya<br />
<div>
<br /></div>
Pembukaan<br />
<br />
Dari mana datangnya lintah<br />
Dari sungai turun ke kali<br />
Dari mana datangnya cinta<br />
Dari mata turun ke hati<br />
<br />
<br />
1. Sebatang Tebu<br />
<br />
Walaupun hanya sebatang tebu<br />
Tetapi bisa diramu<br />
Walaupun jarang ketemu<br />
Cintaku hanya untukmu<br />
<br />
2. Buah sirsak dan Duku<br />
<br />
Buah sirsak baru dipetik<br />
Buah duku asam rasanya<br />
Ada banyak gadis cantik<br />
Hanya kamu yang aku cinta<br />
<br />
3. Pandangan Pertama<br />
<br />
Beri pangan cuma-cuma<br />
Menjamu tamu sambil begadang<br />
Dari awal pandangan pertama<br />
Wajah indahmu selalu terbayang<br />
<br />
4. Beli Jamu Pake Manis<br />
<br />
Pagi-pagi beli jamu<br />
Jangan lupa pake manisnya<br />
Bolehkah aku mencintaimu<br />
Walau aku apa adanya<br />
<br />
5. Jualan Motor Antik<br />
<br />
Duduk di rumah sambil jualan<br />
Yang dijual motor antik<br />
Ini bukan sekadar gombalan<br />
<br />
Wajahmu memang cantik<br />
<br />
6. Bikin Kue Pakai Tepung<br />
<br />
Bikin kue pakai tepung ragi<br />
Cari tepung maizena tidak ketemu<br />
Tak perlu kau ragu lagi<br />
Aku akan sealu setia mendampingimu<br />
<br />
7. Naik Angkot Ketemu Kamu<br />
<br />
Nunggu angkot di belokan<br />
Naik angkot bertemu kamu<br />
Ingin segera ku ungkapkan<br />
Rasa cinta ini kepadamu<br />
<br />
8. Beli Mobil<br />
<br />
Beli mobil buat balapan<br />
Tapi SIM belum kupunya<br />
Cinta ini selalu kusimpan<br />
Inginkah kau mengambilnya<br />
<br />
9. Liburan ke Bali<br />
<br />
Pergi ke Bali kapan-kapan<br />
Ingin libur dan segera pulang<br />
Sayang ini selalu ku simpan<br />
Hanya untukmu duhai sayang<br />
<br />
10. Katak Yang Berdampingan<br />
<br />
Dua katak pergi bertemu<br />
Duduk berdampingan di atas baja<br />
Masih kupandang wajah cantikmu<br />
Walau dari kejauhan saja<br />
<br />
11. Matahari Tenggelam<br />
<br />
Matahari tenggelam sudah<br />
Bulan datang menyapmu<br />
Pagi ini kulihat senyum indah<br />
Jelas terukir di wajahmu<br />
<br />
12. Mengambil batu<br />
<br />
Ayah pergi mengambil batu<br />
Untuk membelikan adik buku<br />
Masih kupandang senyum itu<br />
Untuk jadi penyemangatku<br />
<br />
13. Bintang Menyinari<br />
<br />
Bintang menyinari malamu<br />
Senyummu menyinari hatiku<br />
Bolehkah aku memilikimu<br />
Agar jadi penyemangat hidupku<br />
<br />
14. Nyari Kopiah ke Ciamis<br />
<br />
Ke ciamis cari kopiah<br />
Kopiah indah pasti kan didapati<br />
Begitu banyak gadis yang singgah<br />
Hanya kamu yang memikat hati<br />
<br />
15. Tahu dan Jus Jambu<br />
<br />
Makan nasi pakai tahu<br />
Minumnya pakai jus jambu<br />
Janganlah kau jauh dariku<br />
Aku akan selalu sayang padamu<br />
<br />
16. Ular Kobra Berbahaya<br />
<br />
17. Diguncang Gempa<br />
<br />
Tangguh gagah para tentara<br />
Sebatang pipa dibongkar pemburu<br />
Sungguh indah terasa dunia<br />
Diguncang gempa gelora cintamu<br />
<br />
18. Terlalu Rindu<br />
<br />
Si buaya darat berkata merdu<br />
Si buaya air hanya membisu<br />
Sungguh berat rasanya rindu<br />
Waktu sehari terasa seminggu<br />
<br />
19. Terbayang Senyummu<br />
<br />
Rakit biasa ternyata karam<br />
Batal berlabuh hilang ke mana<br />
Sulit terasa mata terpejam<br />
Ingat senyummu nan jauh di sana<br />
<br />
20. Seribu Cinta Menunggu<br />
<br />
Sebatang bakau ditancap paku<br />
Serdadu India dendangkan lagu<br />
Tidakkah enggau lihat mataku<br />
Seribu cinta sedang menunggu<br />
<br />
21. Langsung Cinta<br />
<br />
Duduk santai membaca buku<br />
Baca buku cerita cinta<br />
Saat aku bertemu kamu<br />
Eh aku langsung jatuh cinta<br />
<br />
22. Banyak Buah<br />
<br />
Buah salah baru dipetik<br />
buah duku buah delima<br />
Ada banyak wanita cantik<br />
Cuma kamu yang aku cinta<br />
<br />
23. Cari Rempah Ke Maluku<br />
<br />
Cari rempah untuk meramu<br />
Perginya hingga ke Maluku<br />
Aku cinta sama kamu<br />
Maukah kamu menerima cintaku?<br />
<br />
24. Sore Hari Membaca Buku<br />
<br />
Sore hari berkeliling kota<br />
Berhenti sejenak membaca buku<br />
Mari satukan cinta kita<br />
Jika kamu ingin menerimaku<br />
<br />
<br />
25. Hitung-hitungan<br />
<br />
Satu tambah satu sama dengan dua<br />
Dua tambah satu sama dengan tiga<br />
Aku dan kamu hidup bersama<br />
Sekarang, esok, dan selamanya<br />
<br />
26. Kesetiaan<br />
<br />
Bzca buku cerita cinta<br />
<br />
Bacanya sembunyi di goa<br />
Kalau kamu cinta<br />
Berjanjilah untuk setia<br />
<br />
27. Rindu Menggebu<br />
<br />
Ibu Rina jualan jamu<br />
Jualannya pakai sepeda<br />
Aku ingin sekali bertemu<br />
Walau hanya sedetik saja<br />
<br />
28. Nggak Bosan Memandangnya<br />
<br />
Pohon durian pohon duku<br />
Di sampingnya pohon waru<br />
Memandang wajahmu setiap waktu<br />
Tak pernah membuatku jemu<br />
<br />
29. Tetap memilihmu<br />
<br />
Meski banyak bunga di taman<br />
Bunga anggrek yang kupilih<br />
Meski banyak pilihan<br />
Hanya kamu yang kupilih<br />
<br />
30. Selalu Merindu<br />
<br />
Ikan teri di meja tamu<br />
Kucing datang habis dimakan<br />
Kamu yang selalu kurindu<br />
Dan tak akan pernah kulupakan<br />
<br />
31. Yang Terbaik Untukku<br />
<br />
Di pantai banyak pohon kelapa<br />
Di kebun banyak pohon duku<br />
Biarlah orang berkata apa<br />
Hanya kaulah terbaik untukku<br />
<br />
32. Pasangan hidupku<br />
<br />
Aku ingin membeli sepatu<br />
Usaha dengan menjual duku<br />
Aku ingin ucapkan sesuatu<br />
Jadilah pasangan hidupku<br />
<br />
33. Ke Kota Melalui Pintu<br />
<br />
Pergi ke kota membeli tinta<br />
Keluar rumah membeli pintu<br />
Tidak usah ragu jika cinta<br />
Cukup bilang i love you too<br />
<br />
34. Kamu Yang Kucinta<br />
<br />
Ceritaku hanya kau ketik<br />
Setiap huruf menjadi kata<br />
Ada ribuan wanita cantik<br />
Hanya kamu yang kucinta<br />
<br />
35. Cinta Yang Tulus<br />
<br />
Kau berdiri diam terpaku<br />
Melihat pengumuman kau lulus<br />
Cobalah pandangan kedua mataku<br />
Mengandung cinta yang tulus<br />
Sungguh bahaya ular kobra<br />
Jika tergigit bisa koma<br />
Sungguh bahagia aku rasa<br />
Jika kita selalu bersamaCerbung.nethttp://www.blogger.com/profile/15731203594099120808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6017509971119711001.post-33633450406472937092020-04-17T20:35:00.003+07:002020-04-17T23:40:38.077+07:008 Fenomena Alam Teraneh dan Langka Terjadi di bumi <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQeA5hu9ssdjLpzagtUw2QaKL0HsbBwKGqpWC_i2RJvuW6LxIRE-MZStEbXsQGOI2VVUcHxfLLtz6NAFvhcegzENJ49rJarZBNODgx-QjjGqaDasOW3NrEV-zdkhjhJhC7sJLc4yxe-0xf/s1600/8+Fenomena+Alam+Teraneh+dan+Langka+Terjadi+di+bumi.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="267" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQeA5hu9ssdjLpzagtUw2QaKL0HsbBwKGqpWC_i2RJvuW6LxIRE-MZStEbXsQGOI2VVUcHxfLLtz6NAFvhcegzENJ49rJarZBNODgx-QjjGqaDasOW3NrEV-zdkhjhJhC7sJLc4yxe-0xf/s400/8+Fenomena+Alam+Teraneh+dan+Langka+Terjadi+di+bumi.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<div>
Terdapat Fenomena-fenomena alam yang mencengangkan dan unik di berbagai belahan bumi ini, fenomena-fenomena alam ini terangkum dibawah ini :</div>
<br />
1. Tremor di Ukraina<br />
udah pernah nonton film tremors?. Film yang bercerita tentang sekelompok orang di gurun Nevada yang berusaha menaklukan cacing raksasa. Adegan film tersebut sama persis dengan kejadian yang terjadi di Ukraina pada tanggal 29 Mei 2017. Terekaman CCTV memperlihatkan Bagaimana ruas sebuah Jalan tiba-tiba terangkat dan hancur seperti ada bom yang meledak dari bawah jalanan tersebut, dilansir dari geologi.co.id disebutkan bahwa tremor ini adalah Getaran yang terjadi secara terus-menerus dan tidak diketahui dari mana awal getarannya, dalam rekaman video tersebut memperlihatkan Bagaimana tanah di suatu lokasi yang tidak diketahui namanya, bergerak dan hancur seperti ada hewan raksasa yang berlari di dalam tanah.<br />
<br />
<div>
2. Pulau bergerak di Uganda <br />
Pulau bergerak di uganda ini berhasil menarik perhatian masyarakat, jika biasanya pulau-pulau yang tersebar di penjuru dunia butuh Waktu bertahun-tahun bahkan berabad untuk bergerak atau berpindah dari posisi semula. Tidak demikian dengan pulau yang satu ini, baru-baru ini pulau yang berada di Danau Victoria tersebut terekam kamera dalam hitungan detik bergerak dan menabrak pulau lain, uniknya orang-orang di sana tidak merasa ketakutan bahkan menikmatinya.</div>
<div>
<br />
3. Gunung es mendekati pulau <br />
Masih tentang Pulau, namun kali ini bukannya pulau yang bergerak melainkan sebuah gunung es seberat 11000000 ton yang mendekati sebuah pulau di Greenland. Fenomena ini sempat membuat warga desa bernama innersuit itu ketakutan, pasalnya gunung es itu tidak selalu mencair dengan perlahan, tapi kadang-kadang bongkahannya jatuh ke dalam air laut. Dilansir dari kompas.com hal yang ditakuti warga karena bongkahan es yang jatuh itu menyebabkan gelombang yang tinggi dan mengancam keselamatan, untuk mengantisipasi kejadian tersebut sebanyak 33 warga dari total 163 warga desa kemudian dievakuasi ke tempat yang aman.</div>
<div>
<br />
4. Salju hitam di Siberia<br />
Warna hitam salju tersebut dihasilkan dari pabrik batu bara yang beroperasi setiap harinya, pada suatu waktu mereka mengalami kerusakan alat yang berfungsi mencegah keluarnya serbuk batu bara, akibatnya jika musim dingin datang bukannya salju putih yang terlihat, melainkan salju yang bercampur dengan limbah batubara yang menyebabkannya jadi kelihatan warna hitam. Celakanya lagi pemerintah daerah setempat seolah acuh tak acuh dalam mengatasi dampak dari salju hitam ini.</div>
<div>
<br />
5. Tsunami es di Amerika Serikat<br />
Baru baru-baru ini terjadi suatu peristiwa yang mencengangkan disejumlah wilayah New York Amerika Serikat. Jika kamu biasa melihat atau mendengarkan berita tentang tsunami berupa terjangan air laut, berbeda dengan tsunami yang satu ini, tsunami es yang terjadi di sungai Niagara Park Way. Usut punya usut fenomena ini ternyata sudah pernah terjadi pada tahun 1882. Dari penelitian yang dikumpulkan, datangnya gundukan es ini diakibatkan oleh angin kencang yang kemudian meniup es mendekati bibir pantai sungai maupun danau. Meskipun tidak ada laporan korban jiwa, namun angin kencang ini sempat menghantam gardu listrik dan es yang bertebaran di sepanjang jalan dan di pemukiman para warga. </div>
<div>
<br />
6. Lahirnya pulau surtsey di Norwegia <br />
pulau yang dinobatkan sebagai Pulau termuda di seluruh dunia, Pulau termuda di Norwegia yang dijuluki pula sebagai Pulau vulkanik. Jika dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya yang telah berusia ratusan hingga ribuan tahun lamanya, pulau ini baru berusia 50 tahun. Pulau ini lahir alias terbentuk pada tanggal 14 November 1963 lalu, menyusul erupsi gunung berapi bawah laut yang berada pada kedalaman 130 meter laut Norwegia. Menariknya kelahiran Pulau ini disaksikan oleh sejumlah awak kapal dan mereka mengira itu adalah kapal yang meledak.</div>
<div>
<br />
7. Pohon air mancur di Estonia<br />
Pohon di Estonia ini bukan sembarang pohon yang membuat pohon ini berbeda yakni munculnya air menyembur disela-sela pohon tua ini. Namun fenomena ini bukan tidak mempunyai penjelasan ilmiah, faktanya dipadang rumput dibawah pohon ini tumbuh, terdapat sumber air di bawah tanah lalu tekanan tertentu membuat air ini terpompa kemudian muncullah air di sela-sela lubang pohon itu.</div>
<div>
<br />
8. bumi bernafas di Kanada <br />
Beberapa tahun lalu tepatnya 31 Oktober 2015 di Apple River Canada terjadi fenomena alam misterius. tanah di hutan itu tiba-tiba kembang kempis seperti sedang bernafas peristiwa ini semakin mencengangkan, karena tiupan angin sangat kencang menyebabkan pohon ikut bergerak naik turun bahkan hingga tercabut dari tanah.</div>
Cerbung.nethttp://www.blogger.com/profile/15731203594099120808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6017509971119711001.post-36441719682219450172019-01-03T13:37:00.000+07:002019-01-03T13:38:35.699+07:00Kisah Teladan Hidup : Jangan Anggap Remeh<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitCABzmd6RkVXsQKcaP__433RPIQkEumBpQc-ITKdz35JAe3j5SzkMyiVSZMyNWgbxAC3dGUZ1lIAIgK0k-KD-_JvGECMHG8oqUGEQ-2FLDAM4n3QmHIaKA05r8wh3RsJ-T_WojQQKJ2jw/s1600/Kisah+Teladan+Hidup++Jangan+Anggap+Remeh.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="717" data-original-width="1278" height="356" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitCABzmd6RkVXsQKcaP__433RPIQkEumBpQc-ITKdz35JAe3j5SzkMyiVSZMyNWgbxAC3dGUZ1lIAIgK0k-KD-_JvGECMHG8oqUGEQ-2FLDAM4n3QmHIaKA05r8wh3RsJ-T_WojQQKJ2jw/s640/Kisah+Teladan+Hidup++Jangan+Anggap+Remeh.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
Malaikat itu menghampiri lelaki yang masih berwujud cahaya, mereka berada pada ruang kosong, cahaya terang menghiasi sekelilingnya. Malaikat mendekat merangkulnya dengan lembut, kemudian membisikkan sesuatu ketelinganya.<br />
“Tuhan perintahkan kamu terlahir ke dunia, mau jadi apa kau kelak?” bisik malaikat membuat sosok lelaki itu bergetar hebat.<br />
“Sudah sampai masa aku tinggalkan semua kesenangan ini, tempat indah beserta dengan seluruh isinya,” lelaki itu tampak termenung, membayangkan semua kenikmatan yang telah berlalu.<br />
“Jika harus kau pilih kehidupan macam apa yang kamu mau, manusia?.” Kembali malaikat mengajukan pertanyaan padanya.<br />
“Apakah semua akan tampak indah seperti ini?,” tanyanya, malaikat itu mendudukkan sosok yang dipeluknya itu, kemudian mengeluarkan cahaya terang.<br />
“Kau diberi kesempatan untuk menjawab, namun tidak digunakan. Manusia sebentar lagi hari kelahiranmu tiba, bergegaslah sambut alam barumu,” ujar malaikat, sambil mengepakkan sayap lebarnya, selang beberapa detik kemudian, cahaya terang memenuhi seisi ruangan. Rasa perih merayapi seluruh indera penglihatan lelaki itu, tidak kunjung padam, makin lama terasa menyakitkan, hingga tidak mampu lagi bertahan dari rasa perih yang menusuk-nusuk inderanya. Sosok itu roboh, tidak sadarkan diri, seluruh kesadarannya hilang begitu saja, kuasa tuhan berlaku padanya, seluruh ingatannya lenyap tidak tersisa.<br />
“Alangkah bodohnya kamu, menampik semua tawaran malaikat, pilihan Tuhan itu, kelak penyesanalan akan timbul akibat ulahmu manusia.” Terdengar suara setan menertawakan takdir yang baru diterima lelaki itu.<br />
“Seandainya aku diberi kesempatan, tentu tidak akan mau terlahir seperti ini,” lelaki itu meratapi hidupnya, namun percuma saja, tidak akan ada lagi yang peduli, malaikat itu tidak akan pernah menemuinya lagi. ‘Terperangkap dalam taqdir’ Sebuah alasan akibat terlahir dalam ketidak sempurnaan.<br />
***<br />
Seorang remaja pengendara kursi roda melintas ditengah keramaian, semua mata beralih padanya, memandang dengan sorot mata tajam. Mengamati hingga lenyap dari pandangan. Kini remaja itu sudah sampai disebuah tempat, tidak kalah ramai dari jalanan sebelumnya. Bangunan pertokoan berjejer, tenda-tenda pedangang kaki lima berderet disepanjang jalan. Mata anak itu liar mengawas-awasi disetiap toko yang ada. toko emas, peralatan listrik, perabot rumah tangga, onderdil motor, sepersekian detik saja matanya mengembara kemana-mana, dari toko satu ketoko lain, sambil terus mengkayuh dua roda yang menjadi tunggangannya itu. Seluruh aktivitasnya terhenti didepan konter handphone. Remaja itu turun dari kursi rodanya, mengesot diantara keramaian, beberapa sorot mata memperhatikan tanpa kedip, sepasang kaki yang membengkok menjulur diatas tanah, celananya tampak kumal dan dekil. Didepan etalase mata lelaki cacat itu liar mengawasi berbagai macam merk handphone, perlahan tangan kanannya merogoh saku celana kumal, kemudian mengeluarkan beberapa potongan kertas. Beberapa kali dia menggedor kaca etalase bermaksud mencuri perhatian pelayan toko, menyerahkan potongan kertas padanya. Tapi pelayan itu tidak peduli, pura-pura tidak tahu dengan kedatangannya.<br />
“Mau apa nak?” tanya seorang pembeli berjongkok mensejajarkan tinggi badannya dengan remaja itu.<br />
“Bapak bisa tolong angkat tubuhku, penting sekali,” pinta lelaki itu memelas<br />
“kamu mau apa, minta uang shodaqoh ya” jawab sang bapak memandang dengan senyum mengembang.<br />
“Aku pengen hape ini, bisakah bapak bantu angkat tubuhku ini, supaya mbak-mbak itu bisa melihatku,” tambahnya, bapak itu mengambil kertas yang disodorkan padanya, langsung diserahkan kertas itu pada pelayan toko.<br />
“Dia mau beli handphone … “ suara bapak itu menyebutkan merek pada pelayan. Mendengar itu wanita penjaga konter melirik kearah lelaki cacat tadi, membungkuk mensandarkan bagian depan tubuhnya pada etalase konter.<br />
“Bawa uang berapa?,” tanya mbak-mbak itu sinis<br />
“Sekarang tidak ada uang … benarkah ada hape itu disini?” tanyanya kembali dengan nada memelas.<br />
“Sialan menggangu saja …. Kalau mau tanya-tanya, di toko sebelah saja sana!” ujar wanita itu ketus, berpaling melayani pembeli lain.<br />
“Hei mbak. Tinggal bilang ada atau tidak cukup simple kan, saya mau beli hape itu sekarang!!!” bentak remaja itu, membuat dirinya jadi bahan tontonan semua orang.<br />
“Nih uang… jangan ganggu lagi ya, disini lagi rame” pelayan lain menghampiri lelaki itu sambil menyerahkan beberapa lembar uang dua ribuan.<br />
“Maaf ya nak, kamu berniat mau beli hape itu ya” kembali bapak-bapak itu bertanya sambil mengeluarkan handphone dari dalam kantong celananya.<br />
“Wah ternyata bapak punya,” raut muka lelaki cacat tadi tampak berubah melihat handphone yang dicarinya.<br />
“Kamu mau beli, silahkan kalau mau, bapak jual dengan harga 10 juta gimana?,” ujar bapak-bapak tadi. Dalam hati dia berkata mana mungkin orang cacat seperti dia punya uang sebanyak itu.<br />
“Benarkah bapak serius mau jual?.” Lelaki cacat itu menanggapi pertanyaannya bapak tadi dengan serius.<br />
“Hahahahaha…Boleh, boleh 10 juta bagaimana?” tantangnya.<br />
“Tapi sekarang saya tidak bawa duit pak,” jawab lelaki itu, disambut gelak tawa semua orang yang memperhatikan mereka.<br />
“Hahahahaha…Kalau tidak ada duit kamu mau bayar pakai apa?” tambah bapak itu<br />
“Jangan keseringan bermimpi. maklumi saja orang cacat seperti dia. Dasar!” timpal salah satu orang yang berkerumun ditempat itu.<br />
“Lagipula dapat ide darimana sih, siang bolong gini datang kemari. Bikin jengkel saja” keluh salah satu pelayan lain.<br />
“Saya sekarang memang tidak ada uang, tapi saya akan membayarnya dengan ini!” jawab lelaki cacat itu jengkel, mengeluarkan kartu atm dari dalam tas kusutnya.<br />
“Astaga…..!!! lelaki ini bawa kartu atm saudara-saudara” semua orang terperangah<br />
“Apakah didalamnya sudah cukup, ini harganya 10 juta loh?!” tanya bapak tadi dengan nada sinis<br />
“ Alahh paling juga seratus ribu” ujar pelayan yang berdebat tadi memandang remeh<br />
“Bapak tolong bantu aku ambil uang ketempat itu…” ujar pria itu sambil menunjuk kearah mesin atm, sekitar 1km dari tempat mereka. Beberapa orang saling pandang, dalam pikirannya sama, apakah mungkin orang cacat seperti dia mampu beli hp dengan harga puluhan juta.<br />
“Ok… bisa!... tapi awas kalau kamu ngerjain, akan aku bawa bawa kamu kekantor polisi. Karena telah menggangu kesibukan orang” ujar bapak tadi sambil menggendong tubuh lelaki cacat.<br />
“ aku tidak menggangu kesibukan kok, mereka sendiri yang sedari tadi perhatikan saya,” ujarnya santai. Benar apa yang dikata, mungkin ini sudah hukum alam, setiap penyandang disabilitas akan jadi perhatian banyak orang, bukan karena elok, bentuk fisik abnormal digunakan sebagai alasan.<br />
Orang-orang berkumpul didepan mesin atm, bukan untuk mencairkan uang. Sebagian mereka sekedar ingin tahu jumlah uang yang dimiliki si cacat.<br />
Bapak itu terbelalak melihat isi tabungan yang dimiliki pria cacat itu, setengah tidak percaya dia menggosok-gosok mata. tampak tertera nominal sembilan digit. Jumlah luar biasa banyaknya untuk ukuran orang cacat seperti dia.<br />
“Maaf pak telah merepotkan, perkenalkan nama saya reynaldi. Saya datang kekota ini sengaja mencari-cari type hanphone milik bapak. Berkali-kali pesan lewat online jawaban selalu sama stok terbatas. Selalu kehibasan setiap restock. Menurut informasi dari anak buah saya konter tadi sering menyediakan handphone merk terbaru. Sial bagi saya beruntung ketemu bapak” tukas reynaldi menjelaskan perburuan barang yang di idam-idamkan.<br />
“Bapak juga minta maaf, sudah merendahkan nak rey.” Jawab lelaki tua dengan wajah menunduk penuh penyesalan.<br />
“Sebagai ucapan terimakasih karena sudah menggendong saya sejauh ini, hape bapak saya bayari 15 juta.” Ujar rey menyerahkan lembaran uang yang keluar dari mesin atm.<br />
“Silahkan ambil, uang ini saya tukar dengan handphone milik bapak” ujar rey tampak puas dengan petualangannya.<br />
“Dengan berat hati bapak lepas handphone ini, belum lama dibeli dari teman yang kerja diluar negeri, tapi karena bapak sendiri malu sama nak rey, bapak lepas juga akhirnya. Semoga awet ya” proses jual beli antara kedua belah pihak akhirnya selesai, mereka sama-sama puas.<br />
“Ada yang harus aku lakukan, tolong antarkan aku ketempat penjual hape tadi” kata rey sembari digendong bapak-bapak tadi. Mereka berjalan meninggalkan ruang mesin atm. Beberapa orang menatap kearah mereka. Pusat perhatian tertuju pada kecacatan rey sebagian lagi penasaran dengan transaksi jual beli hape diantara keduanya. Tampaknya bapak tua itu mengerti maksud mereka, dia lalu mengelurkan lembaran uang sambil acungkan tangannya keatas. Sembari teriak.<br />
“Lepas lima belas juta!!!” mendengar itu semua saling pandang, tidak percaya dengan nominal uang yang dimiliki lelaki penyandang disabilitas itu.<br />
“Gila bener… kita telah salah menilai orang” ungkap mereka penuh penyesalan.<br />
***<br />
“Beli perdana sekalian pulsanya 100 ribu, sisanya ambil pengganti uang dua ribu yang kamu kasih ke saya tadi” ujar rey, seraya menyodorkan lima lembar uang ratusan ribu ke pelayan konter.<br />
***<br />
Disabilitas merupakan kekurangan yang tidak bisa terelakkan dari penyandangnya, bukan salah siapapun, bukan pula Tuhan, ataupula para pengidapnya. Mereka hanya butuh hidup dengan kehidupan normal. Karena siapapun tahu setiap jiwa yang terlahir kedunia bukan kehendaknya. Seandainya hidup bisa memilih, tentu akan pilih dengan kehidupan sempurna.<br />
Dodi Jaya<br />
Indramayu, 22 Desember 2018<br />
<div>
<br /></div>
Cerbung.nethttp://www.blogger.com/profile/15731203594099120808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6017509971119711001.post-27750155568667592122018-12-01T23:42:00.004+07:002018-12-02T18:44:56.674+07:00Setitik Ilmu di Kaki Melissa<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg61Cn4paKt5qEanVBrMPkrH4v_MuGuox7wW5X0qxyuE21tRqcuBYAim52sdO32sBKwkTKnW_T5DWwSmF5Mtqz-bEgJaifS6qpTT2d_ylO8d92-SeTpD9tCLfyL-C6IGL3S8k3CBrhhe53B/s1600/Setitik+Ilmu+di+Kaki+Melissa.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="408" data-original-width="612" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg61Cn4paKt5qEanVBrMPkrH4v_MuGuox7wW5X0qxyuE21tRqcuBYAim52sdO32sBKwkTKnW_T5DWwSmF5Mtqz-bEgJaifS6qpTT2d_ylO8d92-SeTpD9tCLfyL-C6IGL3S8k3CBrhhe53B/s400/Setitik+Ilmu+di+Kaki+Melissa.jpg" width="400" /></a></div>
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Oleh : Dodi Jaya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Setiap kali jam istirahat
dia selalu mengamati Melissa duduk murung seorang diri. Adakalanya Ibu Zahra
merasa kasihan melihat anak didiknya. Sosok pendiam bukan tanpa alasan.
Kemurungan diri mungkin karena malu akibat bentuk fisik berbeda dengan anak
seusianya. Anak itu enggan bermain. Sama sekali tidak tampak gairah dimatanya.
Hari senin pukul sepuluh Bu Zahra melihat Melissa tengah murung dalam kelas,
wajahnya yang lucu tertutup diantara kedua belah tangan yang menyilang diatas
meja belajar. Perlahan dia menghampiri melissa, tangannya mengusap lembut
tengkuk gadis itu, lalu duduk disampingnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Melissa kenapa tidak main,
coba lihat tuh disana. Ayo ibu temani nak,” ujar guru itu lembut, sembari menunjuk
kelompok anak-anak seusianya sedang bermain di halaman sekolah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Melissa takut bu.
Melissa disini saja” ujar gadis kecil itu masih menyembunyikan wajah diantara
kedua lengannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Tidak usah takut, ada bu
guru” rayu bu Zahra <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Tidak mau bu, Melissa
tidak mau dikatakan cacat lagi. Mereka jahat” suara pelan Melissa terdengar
terisak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Rasa iba dan simpati
terhadap gadis itu tidak bisa ia sembunyikan lagi. Dia tatap sosok Gadis kecil
itu lekat-lekat, semua orang tahu gadis ini berjalan tidak seperti anak-anak
lain seusianya, Melissa hanya mempunyai satu kaki. Dia berjalan bertumpu pada
tongkat kecil, pembelian sang ayah dari hasil jerih payah berjualan cilok
disekolah. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Mereka mengatakan melisa
anak penjual cilok, melisa malu bu,” semakin keras terdengar isakan dari anak
itu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Penjual cilok bukan
pekerjaan yang hina nak. Melissa seharusnya bangga, setiap hari bapak mengantar
Melissa kesekolah, menemani dan menjaga melissa” ujar bu Zahra sembari membelai
rambut gadis kecil itu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Melissa tidak pernah
pinta untuk terlahir kedunia, melissa juga tidak pinta jadi anak cacat. Tapi
mengapa mereka selalu menyalahkan, bahkan yang membuat sakit mereka ikuti semua
cara berjalan Melissa. Mereka katakan aku buntung bu” Melissa sesenggukan di
peluknya pundak gurunya lekat-lekat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Bagi ibu, kamu spesial
nak. Ibu tahu Melissa anak yang tegar, mampu untuk lalui semua itu. Jangan
pernah balas perlakuan teman dengan kejahatan sama. Marah hanya akan membuat
hidup kamu rugi, marah itu api jika api dilawan dengan api yang ada hanya akan
membesar bahkan bisa saja membakar. Mengalahlah untuk menang nak. Disaat kamu
sedang marah, padamkan dengan air wudhu. Insya Allah setan tidak akan pengaruhi
lagi. Ayo sayang ibu bantu jalan ketempat wudhu” Ibu Zahra ulurkan tangannya.
Gadis itu perlahan bangkit, berpegang erat pada tongkat dan tangan guru kelas enam
itu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">*** <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Inilah aku seorang anak penjual cilok, anak
cacat yang tidak pernah berhenti untuk bermimpi, berdoa dan berharap. Bahwa
akupun bisa seperti yang lain. Juga terhadap ibu dan bapak guru, ucapan tulus
dari anak-anaknya ini akan tetap bergema keseluruh penjuru negeri, sampai nafas
penghabisan. Selama ruh masih bersemayam dalam jasad.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Hingga ketika di akherat ilmumu akan terus
memenuhi setiap relung waktu mengantarkan kami ketempat lebih baik. Ucapan
sekaligus doa tidak akan pernah terhenti dari mulut kami. Terimakasih Bapak
Guru, terimakasih Ibu Guru. Jasa-jasamu tidak akan lekang oleh waktu. Pernah
seketika itu Melissa rapuh, memandang diri Melissa rendah hanya karena terlahir
berbeda diantara teman yang lain. Melissa juga pernah marah saat ketenangan
hati terusik bahkan pernah berantem hanya karena tidak mau dibilang cacat.
Maafkan melissa ya teman-teman selama ini aku sudah membuat kalian susah. Masih
terngiang di ingatan saat itu ibu Zahra yang memberi motivasi, bahwa hidup itu
terlalu sempit jika dihabiskan untuk berkeluh-kesah, terakhir aku ucapkan
terimakasih tak terhingga pada bapak. Seorang ayah yang keren berjuang sendiri
menemani melissa kesekolah, selama dua tahun menggendong melissa kesekolah
sambil membawa gerobak ciloknya. Bapak aku sayang kamu. Melissa tidak malu
karena cacat, melissa tidak malu karena punya orang tua penjual cilok. Justru
melissa malu jika tidak sekolah untuk itu melissa berjanji akan menjadi anak
yang rajin, sesuai permintaan bapak setelah ini melissa akan lanjut sekolah.
Melissa janji untuk jadi anak berguna, mebahagiakan kedua orang tua. Buat umy
disurga inilah melissa, akan tetap terus sekolah bagaimanapun kondisi melissa
nanti…” gadis itu terisak seluruh yang hadir tidak kuasa untuk membendung air
mata, mengenang peristiwa itu, kecelakaan maut antar bus pariwisata sekolah
dengan truk bermuatan hingga merenggut nyawa ibu melissa dua tahun lalu. “…
Beasiswa dari sekolah akan melissa manfaatkan sebaik mungkin terimakasih ibu.
Terimakasih kepada ibu Yayasan yang telah menanggung biaya sekolah hingga nanti
sampai SMA. Mudah-mudahan aku sanggup untuk terus berjuang” suara tepuk tangan
bergema, tangis haru biru mengiringi acara pelepasan Melissa dan kawan-kawannya
siswa dan siswi kelas 6 SD. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">*** <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hari melelahkan dilalui
olehnya dengan penuh semangat dan rasa syukur, meski tidak mudah bergaul dalam
keterbatasan namun melissa tetap percaya diri mencurahkan segenap kemampuan
untuk orang-orang di sekitarnya. Gadis itu tumbuh menjadi seorang remaja cantik
pandai bergaul. Hal itu menimbulkan simpati dari setiap teman di sekolahnya. Di
Sekolah Menengh Pertama ini Hanya satu pelajaran yang membuat ia murung, yaitu
pelajaran Olahraga terutama pada saat materi praktek di lapangan. Ingin rasanya
turut serta berbaur dalam pelajaran itu, namun keterbatasan fisik membuatnya
makin tenggelam dalam kesedihan jika sudah begitu semua kenangan buruk silih
berganti menghantam pikirannya. Semua melintas begitu cepat. Terkenang acara
perkemahan hari pramuka dirinya harus jatuh bangun memaksakan diri untuk
sekedar turut serta mengikuti upacara kegiatan pramuka di tengah lapangan luas,
ketika itu melissa tergopoh berusaha untuk tidak menyusahkan orang lain, tapi
tetap saja kehadirannya dirasa menghambat teman seregunya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Ah sialan kenapa kita
harus bareng dengan anak cacat itu sih, bisa kalah kita. Apa hebatnya dia sih,
sebel aku.” Tanpa sengaja melissa mendengar percakapan teman-temannya ketika
itu dirinya terbaring didalam tenda, tubuhnya lemah kelelahan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Aku tidak tahu kenapa
kak pembina memperbolehkan dia ikut, akhirnya malah kita kerepotan menjaganya”
sambung teman melissa lain, disitu hati gadis itu terasa di iris-iris sembilu,
butir bening meleleh diantara sudut matanya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Hus… diam. Nanti dia
bangun!” imbuh salah satu teman cowok melissa, memperingati.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Biarkan saja, supaya
tahu diri. Ambisinya itu lho terlalu besar, setiap kegiatan ekstrakurikuler
harus berususan dengan kaki pincangnya!” tambah teman yang lain, sementara itu
melissa didalam tenda merasakan batinnya tercabik-cabik mendengar penuturan
mereka, tidak disangka sebelumnya jika dia akan di bully oleh teman sekelas.
Kawan selama ini dianggap baik, disisi lain begitu membenci kehadirannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Bukan pincang tapi
buntung hahahahahaha” terdengar riuh tawa diantara mereka. “Cukup !!!” kelompok
itu terkejut bukan main ketika terdengar teriakan keras dibalik tenda, mereka
tidak sadar salah satu pembina pramuka mengawasi setiap obrolan mereka, seorang
lelaki sangar berkumis dan agak gendut menghampiri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Tidak baik berkata
begitu, melissa itu teman kalian, seharusnya kalian menjaga dan melindungi dia.
Untuk berjalan saja dia tertatih dari semenjak upacara pembuka hingga ikut
serta dalam kegiatan lain, pernahkah anak itu minta bantuan pada kalian. Dia
berjalan memutar lapangan seorang diri tanpa bantuan siapapun, coba bayangkan
kalian berkaki normal saja kelelahan apalagi melissa. Obrolan macam apa tadi
itu, tidak sepantasnya seorang yang berjiwa prajamuda karana mebully temannya
sendiri. Seharusnya kalian bangga, seregu dengan anak itu.” teman-teman melissa
tertunduk mendengarkan ceramah kakak pembina pramuka, menyesal telah membully anak
itu. Sementara itu dari dalam tenda melissa merangkak menghampiri teman-temannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Semua salah aku. Maafkan
teman-teman ya kak. Melissa tidak apa-apa kok. Aku anggap obrolan teman-teman
tadi sebagai diskusi untuk kelompok kita. Melissa juga merasa tidak sanggup
untuk lanjut ikut disemua kegiatan yang ada. Terlalu payah buat kaki melissa
yang buntung ini. Mel hanya ingin kumpul bareng teman, turut serta bikin tenda,
upacara dll. habiskan waktu dilapangan, makan bersama, bercengkrama di
tenda-tenda semacam ini, dulu ketika kakiku tidak cacat semua kegiatan
ekstrakurikuler tidak pernah terlewat, itupun bertahun-tahun yang lalu waktu
masih sekolah dasar. Semenjak kecelakaan itu, kok kayaknya melissa rindu dengan
kegiatan pramuka. Maka dari itu memberanikan diri untuk ikut, kalau sekiranya
mengganggu kegiatan aku minta maaf. Aku hanya rindu kumpul degan teman.” Teman-teman
melissa tertunduk malu mereka menyesal telah membully gadis itu. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kenangan dua tahun lalu
itu seakan-akan mencabik-cabik ingatan melissa, keaktifan disemua kegiatan
justru menimbulkan keraguan dalam benaknya, bukan ragu pada kemampuan diri tapi
malu pada teman-temanya, akan jadi pemandangan aneh jika gadis buntung sepertinya
berada ditengah-tengah lapangan, dia tahu pasti akan jadi pusat perhatian seluruh
kelas. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Ini anak di
tunggu-tunggu dari tadi malah bengong sendiri disini” seorang gadis belia
berseragam kaos olahraga tiba-tiba hampiri melissa, dengan lembut menggapai
tangannya kemudian menarik pelan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Aku belum pakai seragam
ra, aku malu” jawab gadis itu pelan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Hai teman-teman melissa
tidak mau ikut katanya dia malu!” gadis yang dipanggil ara itu tiba-tiba teriak
di depan pintu kelas. Dalam sekejap teman-teman melissa berdatangan menghampiri
ke dalam kelas.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Ayo ikut, sebentar lagi
kita mau renang” ujar kawan melissa <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Jangan banyak mikir ayo”
ujar salah satu teman cowok melissa sambil berkedip padanya, serempak
kawan-kawannya menggenggam tangan gadis itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Kita berkawan bukan
hanya untuk sekarang, tapi selamanya. Seorang kawan tidak akan rela membiarkan
kawan lain kesepian. Persahabatan tidak akan indah jika tidak saling berbagi
suka dan duka. Kami akan sedih jika salah satu dari teman dikelas tidak ikut serta.
Tunggu apalagi ayo berangkat!” melissa tatap raut muka teman-temannya satu
persatu tampak ketulusan diwajah mereka.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Melissa kawan-kawan mu
benar. Mereka inginkan kamu ikut serta. Kita akan berkunjung ke kolam renang
umum, mobil sudah menunggu, yang lain sudah siap tinggal menunggu anak didik
bapak yang satu ini yang paling rajin dan cantik.” Sirna sudah kegamangan dalam
hati melissa mendengar penuturan lembut guru olahraganya. Wajahnya sedikit
ceria, diangkatnya pelan tongkat kayu yang menemani dia berjalan itu,
ditopangkan tubuhnya, berdiri sambil tersenyum memandang kawan-kawannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Hore…Akhirnya ikut juga
terimakasih sayang” ujar teman melissa sambil bergantian memeluki dirinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">***<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jika harus pilih mungkin
lebih baik kembali ke masa kecil, masa yang indah penuh canda tawa tidak pernah
terlibat dengan namanya masalah. Tidak seperti saat ini ketika dia harus kenal
sosok lelaki paling ia kagumi, apalah daya hati melawan jika cinta sudah
bersemayam. Hatipun tidak dapat dibohongi kala pangeran cinta bertahta dalam
diri. Namun agaknya itu sia-sia karena dia hanya seorang gadis cacat, bagai
pungguk merindukan bulan. Cowok itu bernama frans, dia adalah ketua OSIS
disekolahnya kecakapannya dalam memimpin rapat dan gaya bicara buat dirinya
jatuh hati. Lambat laun rasa suka pada frans tidak bisa di sembunyikan lagi,
teman-teman sekelas tahu bahwa melissa memendam perasaan terhadap frans. Begitu
sebaliknya dengan lelaki itu merasa nyaman bila berada didekat gadis itu. Namun
antara mereka belum pernah katakan cinta, hanya sekedar obrolan seputar
kegiatan sekolah saja. Baik frans maupun Melissa selalu nyambung diajak bicara.
Hal itu membuat ketidak suakaan pada salah satu kakak kelasnya nita, baik nita
dan Melissa adalah gadis yang sama-sama menyukai frans demi mendegar khabar itu
lantas nita mencak-mencak, dirinya tidak suka jika frans disukai wanita lain.
Jelang jam istirahat dia bersama geng nya menyambangi kelas melissa. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Ohh… Ini gadis cacat itu
“ ujar nita dengan sinis tepat di depan melissa, gadis menyambut kedatangan
nita dengan senyum mengembang dibibirnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Eh ada kak nita, ada
apakah ini, sampai repot-repot ke kelas mel.” Mendengar sambutan dari melissa,
gadis bernama nita itu berkacak pinggang matanya melotot penuh kebencian. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Ada hubungan apa kamu
dengan kak frans cepat jawab!” bentak nita tanpa malu, di sekolah terkenal anak
paling bandel, berwatak egois, tidak mau diatur itulah nita. Meski seorang
wanita namun kelakuannya disekolah cukup membuat susah teman-teman yang tidak
sehati dengannya. Mendengar keributan serta-merta kawan-kawan lain berdatangan
sebagian melihat dari jendela sebgaian lagi menonton dibalik pintu kelas.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Kak frans itu kan kakak
kelas aku, trus juga ketua OSIS. Kenapa kak nita tanyakan itu padaku kak?”
jawab melissa dengan mata tertunduk. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Tidak tahu diri kamu,
jalan aja pakai tongkat, berlagak suka pada cowok segala.” Ujar nita sambil
melempar tongkat melissa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Kak, maafin melissa
kalau di sekolah ini aku punya salah pada kakak” perlakuan nita membuat
terpukul hati gadis itu, namun ia tidak bisa melawan hatinya terasa
tercabik-cabik menerima perlakuan nita, bahkan malam harinya selalu teringat
saat kakak kelasnya itu melempar tongkat miliknya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Ibu andai engkau nyaman
disurga sana maka bawalah aku kedalam pelukanmu, aku kangen dan jika ibu
bersama para malaikat, ibu aku pengen di jemput sekarang, melissa sudah lelah
untuk jalani hidup, aku ingin bersamamu ibu.” Disaat seperti itu biasanya dia
selalu berwudhu untuk menenangkan hati dan pikiran, tapi kali ini matanya
terasa lelah, rasa kantuk menyerang secara tiba-tiba sampai dia tertidur. Dalam
mimpi dia melihat frans berjalan terpincang-pincang, bukan karena kakinya cacat
akan tetapi sengaja meniru cara dia berjalan bersama dengan nita, mereka
terlihat bahagia sementara kehadirannya tidak dianggap. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Astagfirullahaladziem”
melissa terbangun, cepat-cepat ambil air wudhu lalu sholat isya ditambah dengan
sholat tahajjud, setelahnya baca al-quran dengan suara lirih. Barulah dia
rasakan pikirannya tenang. Sepintas dia ingat terjemah quran yang tadi ia baca.
<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">(Allah
tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya QS. Albaqarah:
286) dan (Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan Qs Al Insyirah : 6)<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“Ya Allah maafkan hamba.
Hamba selalu berkeluh kesah atas nikmat yang engkau karuniakan. Maafkan Melissa
ya Allah karena telah kufur dari nikmatmu” malam itu melissa menangis
tersedu-sedan, bukan karena meratapi taqdir tapi merasa malu pada Tuhannya.
Mulai saat itu dia berikrar pada diri sendiri untuk menimba ilmu lebih dalam lagi,
karena masih ada celah kosong dalam jiwanya yang mudah di hinggapi setan,
hingga mudah sedih, marah dan tersinggung. Untuk saat ini dia akan fokus sampai
lulus kemudian lanjut kuliah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dia adalah melissa dan
melissa adalah aku <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aku akan terus berjuang
untuk membahagiakan bapak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Berjuang supaya layak
bersanding dengan teman-teman hebat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Karena aku Cacat. Cacat
adalah kekurangan oleh sebabnya harus ada kelebihan untuk tutupi kekurangan itu.
Dengan ilmu aku bisa. Dengan ilmu aku mampu bertukar pikiran mencari teman
sebanyak buih dilautan. Belajar sepenuh hati tetap tegar AKU LAKUKAN SEMUA ITU
DENGAN PENUH CINTA.</span></div>
Cerbung.nethttp://www.blogger.com/profile/15731203594099120808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6017509971119711001.post-23502171083819062822018-07-11T03:32:00.002+07:002018-07-11T03:38:26.661+07:00Cerita Seram Nyata Terror Kematian Penunggang Kuda Hitam<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVuDOdSoZ60JcjwTFmU2xO4XWk7q717UPmwfojnf0ZjfraWBpWDImlf6zVwQVYtw7sWoNxeWHzbzl7ANNP7AjYqY5UH3dXOg-dym38IYar3OIK5djR8YcsQaGQGlor8P0MXpVh7irHC8T3/s1600/Cerita+Seram+Nyata+Terror+Kematian+Penunggang+Kuda+Hitam.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="408" data-original-width="612" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVuDOdSoZ60JcjwTFmU2xO4XWk7q717UPmwfojnf0ZjfraWBpWDImlf6zVwQVYtw7sWoNxeWHzbzl7ANNP7AjYqY5UH3dXOg-dym38IYar3OIK5djR8YcsQaGQGlor8P0MXpVh7irHC8T3/s640/Cerita+Seram+Nyata+Terror+Kematian+Penunggang+Kuda+Hitam.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
Shubuh masih belum beranjak sepasang kuda itu berlarian meninggalkan perkampungan, sementara suasana masih lengang. Ada apa gerangan di perkampungan tersebut seolah mereka terlena dengan tidur nya sementara hari sudah beranjak fajar, mushola mereka tinggalkan, senyap seperti kuburan. Semenjak kemunculan penunggang kuda hitam kampung berubah mencekam, seluruh penduduk ketakutan ketika malam mulai datang tak satupun diantara mereka melangkahkan kaki nya keluar rumah.<br />
<br />
Gubuk Lapuk Pinggir Desa<br />
17.00<br />
“ menu makan hari ini apa mbok, cepetan kakang wis pengen mangan iki” tampak seorang lelaki paruh baya melepas lelah, sementara sang istri masih sibuk menyiapkan makanan untuk sang suami.<br />
“ Iya kang bentar” jawab nya singkat<br />
Lelaki paruh baya sambil duduk santai dilantai bambu memperhati istrinya yang tengah menghidangkan makanan.<br />
“ Lagi-lagi sambal terasi , tempe. kakang bosan mbok. Yang lain sekali-kali beli iwak ayam biar semangat makan nya, kalau gini terus sih gak nafsu” sambil menepis makanan itu dari hadapan nya. Sementara istrinya tercengang melihat kelakuan sang suami, sambil menangis dia merapikan kembali nasi yang hampir tumpah tadi.<br />
<br />
“Sabar kang, gak baik mencaci makanan kayak gitu, lagipula simbok dapat uang dari mana sementara kakang hanya tidur-tiduran saja kerja nya” kata si mbok mencoba menjelaskan.<br />
“ Kakang iku wis tua mbok, seharus nya anak kita yang gantian kerja” semakin terdengar keras nada bicara lelaki tua itu.<br />
“ sudah kakang malu di dengar tetangga, sabar kang.” Berkali-kali si mbok mencoba meredakan amarah suami nya.<br />
“Si anak itu kemana lagi mbok, gak tahu di untung kerja an nya mabok-mabokan terus” makin geram rupanya dia. Selang beberapa menit kemudian Agus muncul dari Arah utara, kemunculan Agus malah semakin membuat melonjak emosi lelaki tua tersebut.<br />
“ Anak kurang ajar, semalaman darimana saja . Tengah hari begini baru pulang mabuk-mabukan lagi?, dasar anak tidak tahu diuntung” tangan kanan lelaki tua itu menyambar pipinya Agus, sehingga tampak membekas kemerahan. Melihat hal itu simbok menghampiri mereka. Agus terdiam sambil mengelus pipi nya yang dia rasakan sakit.<br />
“Uwis kang ,,, isin . Biarkan saja Agus, dia sudah dewasa nang agus bisa menjaga dirinya sendiri” Si mbok menghampiri Agus.<br />
“ Darimana saja kamu nang jam segini baru pulang Bapak mu khawatir itu” kata si mbok mengelus-elus punggun Agus dengan kasih sayang. Agus terdiam dan berlalu begitu saja meninggalkan mereka masuk kamar.<br />
<br />
“Praaaaak” terdengar suara pintu di banting, Lelaki tua itu makin berang saja menyaksikan perilaku Anak nya itu, dengan berang dia bergegas menuju kearah kamar nya. Melihat hal tersebut si mbok mulai cemas .<br />
“ Anak durhaka, apa pantas perlakuan mu itu, Keluar atau aku dobrak. Metua kirik” lelaki tua itu semakin kesetanan.<br />
“Eling pa nyebut. Malu pa kedengaran tetangga.” Simbok menahan tangan lelaki tua tersebut, berusaha mencegah laki-laki tua itu untuk mendobrak pintu yang terbuat dari bilah bambu tersebut, namun karena begitu kuat nya, membuat tubuh si mbok terpelanting dan jatuh pinsan. Sementara itu Agus di dalam kamar begitu menggigil ketakutan, seperti nya ada sesuatu yang begitu ia takuti, melebihi ketakutan terhadap bapak nya.<br />
<br />
“Penunggang kuda hitam, semalam aku bertemu dengan nya, jangan aku masih mau hidup, aku tidak mau mati”. Sementara itu pintu di gedor semakin keras, Entah setan apa yang merasuki kepalanya lelaki tua tersebut semakin nekad, dia mengambil cangkul dengan geram nya cangkul tadi dia arahkan ke pintu itu.<br />
“Braaak…..” pintu di dobrak dengan amat keras nya, seperti kesetanan hendak mengayunkan cangkul nya kearah Agus.<br />
“ Bangun anak setan, pacul ini akan mengajarkan bagaimana caranya hormat terhadap orang tua.” Lelaki tua tersebut mulai mengayunkan cangkul nya tepat kearah kepala Agus.”<br />
“bapaak jangan paak” Agus Tersentak kaget bukan main dia jatuh tersungkur dari tempat tidur nya, dia mengucek-ucek mata nya merasa tidak percaya.<br />
“ooh aku masih hidup” Segelas air putih dia tenggak sampai habis, seolah tidak percaya bahwa dirinya mengalami suatu peristiwa yang terihat begitu nyata, mimpi seram. Beberapa saat kemudian terdengar pintu diketuk secara halus.<br />
<br />
“Nangapa gus jerit-jerit karepe dewek” terdengar suara halus di balik pintu dan tak lain adalah bapak nya sendiri.<br />
“Ora papa, Agus ngimpi Pa.” Jawab nya, namun meskipun itu hanya mimpi tetap saja tersirat suatu kekhawatiran dalam benak nya, Peristiwa semalam yang begitu menakutkan, Suatu kejadian yang sangat ditakuti oleh seluruh masyarakat yang ada di kampung nya, Penunggang Kuda Hitam melambangkan suatu kesialan.<br />
“makanya kalau tidur jangan habis ashar pamali,” sambung lelaki tua itu dengan menghela nafas melihat anaknya yang masih malas-malasan dikasur.<br />
Bersambung<br />
<div>
<br /></div>
Cerbung.nethttp://www.blogger.com/profile/15731203594099120808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6017509971119711001.post-462318367844120912018-07-03T01:24:00.002+07:002018-07-03T01:26:48.271+07:00Memaksimalkan alur dan plot untuk membuat cerita menarik <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghvvum-I6RI0eUTn1Ff-VM25RcyIZ7w-w28dPldxTODIYaE-vkRYToolk4vBPQ3jOACJ3lvRQlAHjlcyuxweH1hH2qFTNPyEf3XA09o4n4kjBctIBQbkw4QzfQg1oAfD2ABYHUNs3kgueN/s1600/Memaksimalkan+alur+dan+plot+untuk+membuat+cerita+menarik.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="796" data-original-width="1363" height="371" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghvvum-I6RI0eUTn1Ff-VM25RcyIZ7w-w28dPldxTODIYaE-vkRYToolk4vBPQ3jOACJ3lvRQlAHjlcyuxweH1hH2qFTNPyEf3XA09o4n4kjBctIBQbkw4QzfQg1oAfD2ABYHUNs3kgueN/s640/Memaksimalkan+alur+dan+plot+untuk+membuat+cerita+menarik.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
Plot dalam dunia kepenulisan mempunya peranan yang penting, dari situlah cerita mulai terbentuk. dengan adanya alur dan plot cerita akan tampak lebih hidup dan menarik. Tentunya dengan polesan yang kita buat sehingga keduanya dapat dijadikan sebagai informasi yang baik, menimbulkan kesan buat pembaca.<br />
<br />
Sebelum menjelaskan lebih jauh mengenai alur dan plot terlebih dahulu saya akan memberikan contoh apa itu alur dan apa itu plot. Kita dulu diajarkan disekolah bahwa alur dan plot merupakan kesamaan. Singkatnya alur adalah plot dan plot adalah alur. Namun ditulisan ini saya akan membedakan keduanya sehingga kita bisa memisahkan yang mana alur dan mana plot. Tujuan saya adalah supaya lebih mudah menyusun kerangka cerita baik cerpen maupun novel.<br />
<br />
Perhatikan contoh berikut :<br />
<ol>
<li>Sekelompok remaja sedang balapan motor dijalan umum</li>
<li>Ada Polisi dijalan raya</li>
<li>Anak SD menyeberang jalan</li>
</ol>
<div>
Contoh diatas apakah sudah plot ?</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<u>Perlu di ingat bahwa Alur adalah suatu peristiwa atau kejadian , sedangkan Plot adalah seluruh kejadian dari cerita. Ini adalah aksi (aksi termasuk dialog), bagian dari cerita yang menjawab pertanyaan apa yang terjadi. Plot diungkapkan melalui adegan, melalui cerita dan dialog.</u></div>
<div>
<u><br /></u></div>
<div>
Berdasarkan definisi alur dan plot diatas kita bisa tahu bahwa ketiga contoh diatas belum plot. Alasannya adalah masih berupa rangkaian peristiwa. Contoh no 1 sekelompok remaja sedang balapan motor dijalan umum adalah bagian daripada alur, belum ada plot. Untuk sebuah cerita ini belum menarik sama sekali, hanya kejadian biasa. Sekarang perhatikan contoh nomor 2 ada polisi dijalan raya itupun kejadian biasa, sama halnya dengan contoh nomor 3 Ada anak SD menyeberang jalan.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Saya jelaskan kembali bahwa ketiga contoh diatas belum Plot. Sekarng perhatikan contoh berikut :</div>
<div>
Sekelompok remaja sedang balapan motor dijalan umum lalu ada polisi dijalan raya kemudian polisi itu menangkap peserta balap liar tersebut. Ditengah pengejaran Polisi ada seorang Anak SD menyeberang jalan terus terserempet pemuda nakal itu. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Baru cerita mulai terbangun menjadi sebuah Plot karena ketiga peristiwa sudah berhubungan dan saling memberikan pengaruh. Ketiga peristiwa itu mulai menjadi plot punya potensi jadi cerita. Silahkan di ingat lagi definisi Alur dan Plot sebelum kita membahas lebih lanjut.</div>
<br />
<div>
<u>Perlu di ingat bahwa Alur adalah suatu peristiwa atau kejadian , sedangkan Plot adalah seluruh kejadian dari cerita. Ini adalah aksi (aksi termasuk dialog), bagian dari cerita yang menjawab pertanyaan apa yang terjadi. Plot diungkapkan melalui adegan, melalui cerita dan dialog.</u></div>
<div>
<u><br /></u></div>
<div>
Dalam teori kepenulisan alur dibagi menjadi tiga bagian utama</div>
<div>
<ol>
<li>Alur Maju </li>
<li>Alur Mundur</li>
<li>Alur Campuran</li>
</ol>
<div>
<b>Alur Maju</b> Adalah Alur yang saling berurutan cerita yang dibangun dalam novel atau cerpen, mulai dari tokoh itu dilahirkan, anak-anak, remaja, dewasa sampai meninggal. Semua kejadian di ceritakan secara urut.</div>
</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Alur Mundur</b> Adalah kebalikan dari <b>Alur Maju </b>pada alur ini cerita di bangun dari tokoh utama meninggal kemudian kejadian-kejadian yang dialaminya dimasa lampau. Sebagian besar alur flash back atau alur mundur disajikan secara bercampur.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Alur Campuran </b>Sebagian penulis masa kini (terutama film) lebih banyak memakai alur campuran Kenapa?. Karena alur campuran lebih mudah menyembunyikan cerita. Sering kita lihat adegan tokoh berkata pada lawan bicaranya, "Oh saya tahu." lalu ia membisiskkan sesuatu dan lawan bicaranya mengangguk. Saat adegan itu disajikan, sang tokoh tahu apa yang ada dipikiran juga lawan bicaranya. Tapi pembaca atau penonton tidak tahu karena disembunyikan. Setelah misi berhasil baru diceritakan apa yang dibisikkan - itu alur mundur yang dibuat sengaja dalam ranka menyembunyikan info.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Lantas<b> bagaimana memaksimalkan alur dan plot untuk membuat cerita menarik perhatikan Tips yang disampaikan oleh Isa Alamsyah seorang penulis, jurnalis dan motivator berikut : </b></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Plot harus dibuat untuk memperkuat plot yang lain </b>inti dari pembahasan ini adalah ketika kita membuat plot tulisan itu harus di dukung oleh plot-plot lainnya. Antara Plot yang satu dengan plot yang lain terdapat adanya hubungan sebab akibat dan lanjaran yang kuat. Antara watak dan tindakan yang diambil oleh tokoh di cerita harus sesuai dengan plot berikutnya. contoh : Dalam cerita tokoh protagonis (tokoh utama) mempunyai kebiasaan membiarkan kamar tidurnya berantakan. Lalu dalam suatu kejadian digambarkan dia di penjara akibat ketidak sengajaan yang menimbulkan kebakaran hutan. Contoh diatas menggambarkan watak tokoh tersebut tidak teratur dan jorok kemudian dikaitkan dengan kecerobohan dia yang membuat kebakaran hutan.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Sebuah plot harus logis dan mendukung logika plot yang lain</b>, kembali kecontoh apabila watak yang digambarkan tokoh utama cinta akan kebersihan, tidak membuang sampah sembarangan, akan tidak logis jika tiba-tiba ceroboh mengakibatkan hutan terbakar. Adanya kebiasaan dia yang membiarkan tempat tidurnya berantakan terlihat satu plot mempengaruhi plot yang lain secara logis.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Dalam sebuah plot sang protagonis harus punya motivasi melakukan sesuatu </b>Misalnya alasan dia ke hutan adalah tuntutan perusahaan untuk membuka lahan baru. Karena tuntutan tugas mau tidak mau terjun langsung ke hutan, padahal di hutan itu masih liar banyak binatang buas disana. Semua dia lakukan. Semata karena honor yang melimpah yang dijanjikan oleh bos nya. Honor yang menjanjikan kita anggap sebagai motivasi sang tokoh.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
D<b>alam setiap plot harus ada halangan ketika tokoh ingin mencapai sesuatu </b>Ketika sampai dihutan karena masih liar jalanan pun banyak yang berlubang dan berbatu sehingga mengakibatkan ban mobilnya pecah, pada saat memperbaiki ban mobil, hewan buas mengintai kapan saja bisa menerkamnya. Terlihat karena sebuah bayaran sang tokoh harus rela melakukan petualangan yang mengancam nyawanya. Dan itu kelihatan tidak mudah.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<b>Selanjutnya adalah Don't make it easy kita harus memberi halangan tidak hanya satu, tapi ada lagi halangan ada lagi halangan lain. </b>Selain bahaya binatang buas tokoh protagonis tadi menyulut api, menyalakan rokok dimulutnya. Namun dia lupa tangki bensin masih terbuka, batang korek api di buang masuk kedalam tangki sehingga mengakibatkan mobilnya meledak. Selain kehilangan mobil kesayangannya hangus terbakar dia juga di tuntut sebagai penyebab kebakaran hutan. Dari gambaran cerita tampak masalah yang dihadapi oleh tokoh protagonis tidak mudah, dari masalah beralih kemasalah lain. </div>
<div>
<br /></div>
<div>
Demikian pembahasan tentang plot dan alur beserta dengan contoh ceritanya masing-masing untuk pertanyaan saya sediakan di kolom komentar</div>
Cerbung.nethttp://www.blogger.com/profile/15731203594099120808noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6017509971119711001.post-53496499312875489032018-06-27T15:25:00.002+07:002018-06-27T19:05:42.719+07:00Sebuah Prinsip Dasar Menulis yang Perlu Kamu Ketahui<br />
<div align="center" class="MsoNormalCxSpFirst" style="text-align: center;">
</div>
<div class="MsoNormalCxSpFirst" style="text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnG0k3TXvvAshOC_1M92I3yxVCWArgR-V8QDgLvZA21ApOkeOcvbuEpCo7Owm0D4sBF4hHH1pbvatKro3dOqVTqktPZPo4Hn015PJdCNAZ48bf3Slj744cNopUv92EUBXqVxUJg3Hfhe2R/s1600/Sebuah+Prinsip+Dasar+Menulis+yang+Perlu+Kamu+Ketahui.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="408" data-original-width="612" height="425" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnG0k3TXvvAshOC_1M92I3yxVCWArgR-V8QDgLvZA21ApOkeOcvbuEpCo7Owm0D4sBF4hHH1pbvatKro3dOqVTqktPZPo4Hn015PJdCNAZ48bf3Slj744cNopUv92EUBXqVxUJg3Hfhe2R/s640/Sebuah+Prinsip+Dasar+Menulis+yang+Perlu+Kamu+Ketahui.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="MsoNormalCxSpFirst" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormalCxSpFirst" style="text-align: left;">
<span style="font-family: times new roman, serif;">Menulis bukan hanya sekedar mentransfer gagasan, tidak cukup dengan mengutarakan pendapat saja, menurut Tendi Mukti (Founder KMO) tulisan baik harus memenuhi beberapa kriteria berikut :</span><br />
<br />
<span style="font-family: times new roman, serif;">1. Di ikuti dengan data dan fakta</span><br />
<span style="font-family: times new roman, serif;">2. Menyentuh emosional</span><br />
<span style="font-family: times new roman, serif;">3. Praktis dan Memberikan efek</span><br />
<span style="font-family: times new roman, serif;">4. Mudah di Pahami dan Tidak membosankan</span><br />
<span style="font-family: times new roman, serif;">5. Mempunyai Lead yang unik</span><br />
<span style="font-family: times new roman, serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "times new roman", serif;">Kelima hal tersebut merupakan syarat menulis supaya gagasan dapat diterima pembaca dan tergerak untuk melakukan tindakan. </span><span style="font-family: "times new roman", serif;">Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan bahwa menulis dapat mengubah pola pikir manusia, mengubah dunia, memberikan dorongan luar biasa, memberi pengaruh. </span><br />
<span style="font-family: times new roman, serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "times new roman", serif;">Saya pernah menulis dalam beberapa paragraph dan tulisan itu menimbulkan dampak bagi individu yang saya singgung. Suatu bentuk protes terhadap ketidak adilan terhadap kelompok. </span><br />
<span style="font-family: "times new roman", serif;">Saat itu saya buta dengan ilmu kepenulisan, dalam artian tidak tahu menahu. Sampai saat inipun dari ketidak tahuan itu memberikan motivasi yang besar untuk tetap mencari informasi seputar menulis.</span><br />
<span style="font-family: "times new roman", serif;">Yang saya lakukan hanya menulis dengan hati. Setiap ketidak adilan yang kami terima aku tuangkan, kemudian di publish pada salah satu platform media online. Akibatnya dari tulisan itu sempat membuat pro dan kontra. Puluhan anggota melakukan demonstrasi. Kasusnya dimuat disalah satu media lokal.</span><br />
<span style="font-family: times new roman, serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "times new roman", serif;">Setelah menyimak apa yang disampaikan kang tendy, saya kembali menelusuri jejak online tulisan saya.</span><br />
<span style="font-family: times new roman, serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "times new roman", serif;">Point Pertama</span><br />
<span style="font-family: "times new roman", serif;">Saya tulis berdasarkan data dan fakta dilapangan, sehingga yang merasakan konflik bukan hanya atas dasar ke egoisan semata. Tindakan nyata dari teman-teman dengan menyatukan pendapat, membuka hati untuk mencurahkan keluh kesahnya.</span><br />
<span style="font-family: times new roman, serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "times new roman", serif;">Point Kedua</span><br />
<span style="font-family: "times new roman", serif;">Menyentuh emosional, pada awalnya teman-teman tidak berani untuk menyampaikan aspirasinya, sama halnya dengan saya, merasa bingung ketika itu. Hingga tidak tahu lagi pada siapa tempat mengadu. Tanpa kesengajaan ide itu mengalir, dan tersampaikan lewat platform media online. Lambat laun jejak online itu terekam di mesin telusur google. Saya juga sebenarnya kaget, niat awalnya hanya sekedar menulis. Tanpa unsur kesengajaan, di dorong hati nurani. Respons positif dari teman-teman ketika itu. Namun ada juga yang berseberangan.</span><br />
<span style="font-family: times new roman, serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "times new roman", serif;">Pengalaman getir dalam dunia kepenulisan saya, sampai 8 tahun ini masih saja membekas tidak akan pernah lupa. Saya sadar bahwa menulis itu bisa menimbulkan dampak besar terhadap pembacanya. Saya harus berhati-hati bahkan di media sosial sekalipun, akibat dari artikel yang sering saya baca. Saya setengah hati terhadap kepemimpinan bapak Jokowi padahal awalnya sangat mengidolakan bapak asal Surakarta ini.</span><br />
<span style="font-family: times new roman, serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "times new roman", serif;">Lantas kenapa saya harus menulis?.</span><br />
<span style="font-family: "times new roman", serif;">Pengalaman telah mengajarkan saya banyak hal. Meskipun dalam tingkatannya selalu saja berbeda pengaruh yang dirasakan. Pengalaman diatas adalah suatu ketidak sengajaan dalam menyampaikan sebuah gagasan, sebuah rasa. Beruntung saya bisa menemukan kelas KMO (Kuliah Menulis Online) banyak hal yang saya jumpai, termasuk ratusan bahkan ribuan teman baru, mempunyai minat sama, ketertarikan sama, yaitu menulis. Sehingga semangat yang terkumpul dalam komunitas itu tertular menjadi wabah dalam dunia literasi, yaitu semangat menulis. </span><br />
<span style="font-family: "times new roman", serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "times new roman", serif;">Karena hati, dari hati inilah bermulanya dua kalimat yang saling berseberangan.</span><br />
<span style="font-family: "times new roman", serif;"><br /></span>
<span style="font-family: times new roman, serif;">1. Baik</span><br />
<span style="font-family: times new roman, serif;">2. Buruk</span><br />
<span style="font-family: times new roman, serif;"><br /></span>
<span style="font-family: times new roman, serif;">“Dalam hati aku berusaha mengungkap rahasianya. Karena saya yakin hati yang baik dapat menghasilkan tulisan yang baik. Begitupun hati yang buruk akan menghasilkan tulisan yang buruk. Saya menulis sambil terus belajar karena tidak ada ilmu yang mengajak pada kejahatan”</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07545967620142708662noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6017509971119711001.post-67316059762895443852018-06-12T06:27:00.001+07:002018-06-12T21:46:11.378+07:00Bagaimana cara menulis agar dapat menarik untuk dibaca<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjE2j32ZDbOEI_g4pExw73eanv4wEVp6TcNiP3EFVVVfTsDx8GBUT6DkWUOFSusUIcszOta4-FdBvRgf9MsrfF5NwNuZAlMHcooi0m6SCvFoyykrvcFjll0ugig1Tmmtpc_l1wFWafIf1DY/s1600/Bagaimana+cara+menulis+agar+dapat+menarik+untuk+dibaca.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="408" data-original-width="612" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjE2j32ZDbOEI_g4pExw73eanv4wEVp6TcNiP3EFVVVfTsDx8GBUT6DkWUOFSusUIcszOta4-FdBvRgf9MsrfF5NwNuZAlMHcooi0m6SCvFoyykrvcFjll0ugig1Tmmtpc_l1wFWafIf1DY/s320/Bagaimana+cara+menulis+agar+dapat+menarik+untuk+dibaca.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Pernahkah anda menulis namun terasa janggal dan aneh ketika dibaca, atau juga ketika menulis beberapa halaman namun isinya tidak menarik sama sekali, diksi kurang tepat, kalimat monoton, juga mengalami write block?.<br /><br />Ternyata hampir sama permasalahan yang dialami penulis pemula adalah sering buntu ketika menyelesaikan naskah nya. Dalam hal ini kurang cakap dalam memilih diksi yang tepat. Dari sekian banyak pertanyaan yang sama yang ditujukan kepada Isa Alamsyah (Pendiri Komunitas Bisa Menulis) pada sesi tanya jawab. Hal itu terjadi karena miskin nya diksi yang terekam dalam otak. </div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<br />
Diksi adalah pemilihan kata untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Perhatika quote penulis dunia dibawaha ini</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
</div>
<blockquote class="tr_bq" style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Reading great novels is crucial to the development of any novelist, and there is no substitute for reading voraciously.<br />
_ Dan Brown<br />
Membaca novel-novel hebat sangat penting buat membangun diri noveli manapun. Dan tidak ada pengganti dari membaca dengan lahap<br />
- Dan Brown penulis Da Vinci Code<br />
“If you don't have time to read, you don't have the time (or the tools) to write. Simple as that.”<br />
― Stephen King<br />
Kalau kamu tidak punya waktu untuk membaca - maka kamu tidak punya kelengkapan untuk menulis<br />
- Stephen King<br />
You need to read. You can't be a writer if you're not a reader. It's the great writers who teach us how to write. ―<br />
Madeleine L'Engle<br />
Kamu harus membaca. Kamu tidak akan menjadi penulis jika kamu bukan pembaca. Penulis hebatlah yang mengajar kita menulis.</blockquote>
<span style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px;">Kesimpulannya jika mau jadi penulis hendaknya harus lebih giat lagi membaca karya-karya orang lan, dari penulis dunia, dll.</span><br />
<div style="background-color: white; color: #1d2129; display: inline; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-top: 6px;">
Kecenderungan ketika gagal dalam memulai suatu naskah ketika ide tidak selaras dengan kosakata yang dimiliki, sehingga menimbulkankan kebuntuan. Dari kebuntuan tersebut berakibat lebih sering menunda-nunda ide.</div>
Cerbung.nethttp://www.blogger.com/profile/15731203594099120808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6017509971119711001.post-63427267684759504892018-06-12T06:25:00.002+07:002018-06-12T06:25:41.801+07:00Cara Menulis Bagus Memberikan Efek Imaginasi<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQh0El9kKg7NEKGF-VvQ0duvZ7XjV9Cu06z3IhBTruv8tV36CQHCQUInfdQ14WYhh_HPQNngMudrUTPbMAidEHFzfNAT31pKiI0MzFIOyVDcj2DqUWdW6IaM4N2GZ2u7W7RJpo_wX6v4V4/s1600/Cara+Menulis+Bagus+Memberikan+Efek+Imaginasi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="408" data-original-width="612" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQh0El9kKg7NEKGF-VvQ0duvZ7XjV9Cu06z3IhBTruv8tV36CQHCQUInfdQ14WYhh_HPQNngMudrUTPbMAidEHFzfNAT31pKiI0MzFIOyVDcj2DqUWdW6IaM4N2GZ2u7W7RJpo_wX6v4V4/s320/Cara+Menulis+Bagus+Memberikan+Efek+Imaginasi.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Tips menulis pada dasarnya memberika bahan bacaan menarik sehingga pembaca mengikuti setiap detail kalimat yang kita buat. Berdasarkan efek yang dirasakan, proses membaca tidak sama dengan melihat. Maka yang terjadi disaat melakukan keduanya adalah :</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
1. Melihat. Berimaginasi dengan panca indera.<br />
2. Membaca. Berimaginasi dengan akal.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Contoh sederhana :</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
1. Proses melihat</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Jika mata melihat seorang wanita otak akan merespon itu adalah sosok wanita cantik. Jika mata berkedip atau terhalang. Kemungkinan yang terjadi adalah;</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
- apabila kita kenal</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Maka akan terlintas di benak kita. Wanita tersebut bernama maggie, dia adalah janda beranak dua, kerja sebagai seorang dosen.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
-jika tidak kenal?.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Hanya sepintas efek imaginasi yang muncul, mungkin tidak ada sama sekali.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Saat melihat akan terkagum-kagum 'Alangkah cantiknya' namun ketika selesai tidak berkesan. Karena sebatas melihat.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
2. Proses Membaca</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Biasanya orang ketika membaca tulisan. Dia tidak tahu, tulisan seperti apa yang akan dibaca, bertemakan tentang apa, berkisah bagaimana, seru tidaknya, dll. Menunjukkan ketertarikan.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Pembaca apabila langsung disuguhkan dengan tulisan "maggie adalah wanita cantik. Bagaimana otak merespon?</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
hanya sampai disitu. Tidak ada keistimewaan, tidak ada efek imaginasi akan terasa membosankan.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Bandingkan dengan ini</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Telah kutemukan sekuntum bunga ranum rupawan, wujudnya elok, wangi seharum kasturi. Bukan bidadari dia adalah bunga berwujud maggie.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Yang diperlukan otak dalam membaca adalah :</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
" megaktifkan imaginasi"</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
" membaca sama dengan berhayal"</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Anda ingat apa yang dikatakan oleh Prof. Rocky Gerung beberapa hari yang lalu</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
"Fiksi mengaktifkan imaginasi"</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Kesimpulannya</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
1. Melihat hanya sebatas mengaktifkan panca indera.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
2. Membaca mengaktifkan imaginasi melihat dengan angan-angan (ingat kaidah show dont tell)</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Contoh apabila terbalik dalam penerapannya kemungkinan yang akan terjadi adalah :</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
1. Melihat dengan penuh imaginasi</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Contoh : ada wanita cantik karena imaginasinya aktif, maka akan tersenyum-senyum sendiri. Melihat penuh imaginasi. Berhayal. Padahal tidak kenal. Apa yang terjadi <span class="_5mfr _47e3" style="font-family: inherit; line-height: 0; margin: 0px 1px; vertical-align: middle;"><img alt="" class="img" height="16" role="presentation" src="https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/fd0/1/16/1f602.png?_nc_eui2=AeGO6efMR0rU_Wpb_9vcxQG6WFgkXCFc3Dxty_tpCI4HICMVcFHtAp7ahFq7lv2ncwP-7IrAW67_sGKiJYTM2jtbe7gjRyQfTIveRe06oDVOow" style="border: 0px; vertical-align: -3px;" width="16" /><span class="_7oe" style="display: inline-block; font-family: inherit; font-size: 0px; width: 0px;">😂</span></span><span class="_5mfr _47e3" style="font-family: inherit; line-height: 0; margin: 0px 1px; vertical-align: middle;"><img alt="" class="img" height="16" role="presentation" src="https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/fd0/1/16/1f602.png?_nc_eui2=AeGO6efMR0rU_Wpb_9vcxQG6WFgkXCFc3Dxty_tpCI4HICMVcFHtAp7ahFq7lv2ncwP-7IrAW67_sGKiJYTM2jtbe7gjRyQfTIveRe06oDVOow" style="border: 0px; vertical-align: -3px;" width="16" /><span class="_7oe" style="display: inline-block; font-family: inherit; font-size: 0px; width: 0px;">😂</span></span><span class="_5mfr _47e3" style="font-family: inherit; line-height: 0; margin: 0px 1px; vertical-align: middle;"><img alt="" class="img" height="16" role="presentation" src="https://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v9/fd0/1/16/1f602.png?_nc_eui2=AeGO6efMR0rU_Wpb_9vcxQG6WFgkXCFc3Dxty_tpCI4HICMVcFHtAp7ahFq7lv2ncwP-7IrAW67_sGKiJYTM2jtbe7gjRyQfTIveRe06oDVOow" style="border: 0px; vertical-align: -3px;" width="16" /><span class="_7oe" style="display: inline-block; font-family: inherit; font-size: 0px; width: 0px;">😂</span></span></div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
2. Membaca tulisan jika hanya sebatas melihat yang dikemukakan langsung oleh penulis maka akan cepat bosan, tidak berkesan, imaginasi tidak aktif.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Jika hal tersebut sudah terjadi pada tulisan anda. Maka tergolong kedalam tulisan apa?.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Fiksi?</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Tidak mungkin karena fungsi fiksi adalah mengaktifkan imaginasi</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Penutup</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Kemungkinan dalam menulis</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
1. Hanya sebatas dilihat tidak diperhitungkan<br />
2. Dikenang karena karya penuh dengan imaginasi.</div>
Cerbung.nethttp://www.blogger.com/profile/15731203594099120808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6017509971119711001.post-91645637126610706912018-06-12T06:23:00.003+07:002020-04-17T22:35:48.424+07:00Puisi Cinta Islami Jilbab<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVAqsKb27oDQPdpIwnMazYFvOQ-ROH0HK2IksyzztG-H1TjDDT0Yf-PvYftWPJ3umpU929WvfSUZEMRki2xdtrDSViuYDMpf2eYeF-Zah4MhDZ7OgdSdeF8gRQ8l770r7ym8Z87l6xFsbe/s1600/Puisi+Cinta+Islami+Jilbab.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="408" data-original-width="612" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVAqsKb27oDQPdpIwnMazYFvOQ-ROH0HK2IksyzztG-H1TjDDT0Yf-PvYftWPJ3umpU929WvfSUZEMRki2xdtrDSViuYDMpf2eYeF-Zah4MhDZ7OgdSdeF8gRQ8l770r7ym8Z87l6xFsbe/s400/Puisi+Cinta+Islami+Jilbab.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
Jujur kukatakan aku suka banget dengan orang yang nemakai jilbab...<br />
Saat lewat depan masjid aku melirik dengan penuh kekaguman.<br />
Pada dasarnya hatiku memang terpaut akan keindahan dan warna nya<br />
Aku perhatikan disetiap album photo seller dunia maya,<br />
seperti akun Facebook yang menuliskan profile nya kios azzahra.<br />
<br />
Saat itu aku cinta pada jilbab<br />
Aku ingin sekali mencoba<br />
Memakai : tapi :<br />
Aku ragu.<br />
Apakah pantas.....<br />
<br />
Pada mula-nya<br />
Wanita berjilbab siang hari di tengah terik matahari : aku memang terobsesi dengan-nya :<br />
<br />
Kepanasan kah dia?<br />
Kegerahan?<br />
Atau merasa gatal disela-sela rambutnya?<br />
Namun mereka tetap tak bergeming dari apa yang dikenakan-nya.<br />
<br />
Ketika sampai dirumah aku perhatikan : siang-sore-malam-hingga pagi : tetap saja :<br />
Katanya : hanya orang tua dan saudara dekatnya : yang bisa melihat keindahan rambut : nya.<br />
<br />
Aku heran kenapa wanita muslim melakukan hal semacam itu.<br />
Bagiku dengan dengan rambut sepinggul saja sudah membuat tak nyaman : bukan kepalang aku biarkan tergerai membiarkan tersentuh baling-baling mesin yang berputar bahkan sampai memotongnya : pendek sekali.<br />
<br />
Tapi wanita itu....<br />
Kenapa dengan dia....<br />
Rapat sekali gaun nya....<br />
<br />
Dari situ aku merasa paling banyak ingin tahu<br />
mulai mencari-cari informasi, hingga memperolehnya : sebuah buku kecil di sebuah perpustakaan yang ku singgahi<br />
<br />
Aku... Aku.... Aku......<br />
Lemas : takut : hampir pinsan : Seketika<br />
entah sadar atau tidak aku merasakan kesedihan yang dangat luar biasa :<br />
Aku membaca sebuah tulisan Arab dibawah keterangan tertulis :<br />
<br />
”Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59).<br />
<br />
Aku menangis karena aku pernah merasakan pahitnya berada dalam kegelapan.<br />
Aku bersedih karena aku pernah berbusana seksi dan dilecehkan laki-laki.<br />
Aku pernah semua nya pernah.<br />
Aku hampir pinsan ketika menganggap diriku hina dihadapan manusia : pelacur yang dipandang sebelah mata.<br />
<br />
Sementara ini<br />
"Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang"<br />
Ada suatu getaran dalam hati yang membuat aku lemah : Perasaan macam apa ini sebenarnya.<br />
<br />
Wahai jilbab engkau meluluhkanku<br />
Hingga air mata mengalir laksana deras hujanCerbung.nethttp://www.blogger.com/profile/15731203594099120808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6017509971119711001.post-10686159193866775732018-06-11T05:39:00.002+07:002018-06-11T05:58:17.920+07:00Kisah Misteri Pesugihan Terbaru Siluman Babi Ngepet<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNz1sJLJIkNukoRcojYsJJiwhgB0yOfDCgUMiliidbsMU_Yhg2Rd0lXCBr-bdhr-Dws_jUbAKf9FAuaGhdP9OLXEdMT14aJ4sNjYCimrGFXat5YCBg3HYlE2s7vlCcHFyOGv37WuCndSGe/s1600/Kisah+Misteri+Pesugihan+Terbaru+Siluman+Babi+Ngepet.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="660" data-original-width="876" height="482" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNz1sJLJIkNukoRcojYsJJiwhgB0yOfDCgUMiliidbsMU_Yhg2Rd0lXCBr-bdhr-Dws_jUbAKf9FAuaGhdP9OLXEdMT14aJ4sNjYCimrGFXat5YCBg3HYlE2s7vlCcHFyOGv37WuCndSGe/s640/Kisah+Misteri+Pesugihan+Terbaru+Siluman+Babi+Ngepet.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12pt; text-align: left;">Kegelapan menyelimuti dengan balutan sutera nan
lembut. Terpampang sangat jelas bongkahan nisan berjejer teratur, disana tepat
beberapa senti dibawah tanah terbujur jasad-jasad, meringkuk, sesak dan pengap.
Setiap nyawa tidak akan selamanya bertahta sebab kapanpun dimanapun malaikat
itu akan hadir dalam wujud kepastian. Tidak bisa ditolak tatkala ruh tercabut
maka badan tercampakkan, terbuang terselimut tanah. </span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">
<br />
Kematian merupakan perjalanan manusia menuju ke jembatan kehidupan berikutnya.
Pada fase ini tiada kekuatan mampu menolak, saat malaikat izrail menghempaskan,
menarik secara lembut ataupun kasar, ruh tetaplah ruh tanpa bisa melawan. Urusan
dengan dunia berakhir sudah, mereka terbaring tanpa ada satupun manusia yang
dapat membangunkan dari tidur panjang. Sebab roh tidak akan kembali.<br />
<br />
Namun tidak berlaku saat ini, ditengah purnama, tepat malam berada pada
puncaknya, tampak jelas dalam kilatan cahaya bulan, memantul dari sela-sela
pohon kamboja rindang. Seorang lelaki bertubuh tegap, berkumis tebal. Matanya
menyorot tajam seperti hendak membelah bongkahan tanah yang ada didepannya.
Bibirnya tersungging-sungging beberapa kali sayup terdengar suara aneh meluncur
deras lirih. Mendadak seketika itu juga bongkahan tanah dihadapannya menganga
lebar, seperti hendak memangsa tubuh bongkoknya. Yang terjadi kemudian
berbarengan kilatan cahaya sosoknya lenyap seperti tertelan bumi.<br /><br />
***<br /><br />Petir menggelegar memecah sunyi malam, cahaya perlahan menyeruak seperti tengah
memotret alam. Dalam pantulannya tampak jelas dua orang berjalan diareal
pekuburan. Sesekali tangannya memukul-mukul sebuah benda kayu bergantian saling
sahut-menyahut. Langkah kakinya perlahan melambat tatkala gemericik air deras
mengguyur keduanya.<br /><br />“Kita berteduh dulu kang, semakin deras,” ujar lelaki bertubuh gemuk itu pada
temannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">“Pos Dekat dari sini, tanggung sebentar lagi sampai.” Lelaki
kurus menjawab tanpa peduli dengan rengekan kawannya. Betul apa yang dikatakan
pria gendut itu, antara areal pemakaman dengan pos tidak begitu jauh hanya
beberapa meter saja, sedangkan sebelah utara sana adalah perkampungan warga.
Itu berarti jarak antara kuburan dengan perkampungan cukup dekat. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Mereka berlarian. Untung bagi si kurus buntung bagi si
gendut, tampaknya berat badan memperlambat langkahnya. Pria itu tergopoh diantara
jalan berlumpur, sial baginya karena hujan semakin deras. Sementara dikiri
kanan terpampang jelas gundukan tanah dan batu nisan seolah tengah
memperhatikan disetiap langkahnya. <br />
“Semprul! Ditinggal begitu saja!” makinya dalam hati.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Nafasnya sesak karena dipaksa berlari, terpaksa bagi
dirinya untuk berteduh diantara makam yang bergubuk, baru sekejap mengatur
nafas. Hidungnya menangkap aroma tidak mengenakan, semakin lama semakin
menyengat, hinga membuat sesak rongga dadanya.<br />
“Hooooek ! Bau busuk apa ini!” lelaki gendut ini terbatuk-batuk sambil terus
mencari dari mana bau busuk itu berasal. <br />
<br />
Yang terjadi berikutnya adalah suatu pemandangan diluar nalar sehat manusia,
sepasang matanya menangkap cahaya merah yang muncul diantara rekahan tanah
disamping tubuhnya. Bersamaan dengan itu sesosok tubuh dengan kain putih kusam
menyembul dari dalam tanah. Lelaki gendut menutup lubang hidungnya karena bau
itu semakin menyengat. Matanya melotot, tubuhnya beringsut mencari cara untuk
menjauh. Kilatan petir perlahan menampakkan wajah asli makhluk yang kini
mematung tepat disamping nya itu. Penuh belatung diantara wajah, mata
menghitam<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>gigi menyeringa tanpa
terbungkus daging lagi.<br /><br /> “P..p…pocooooong…!!!!”<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><br /><br />Bersambung</span></div>
<br />
<br />
<br />Cerbung.nethttp://www.blogger.com/profile/15731203594099120808noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6017509971119711001.post-14456544776203620022016-01-12T06:41:00.000+07:002018-12-02T17:38:23.099+07:00Kisah Horror Paling menakutkan Zombie's DNA<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Oleh : Suci Anggraeni</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Seorang pria membanting kap mobilnya, kendaraan seharga 200 juta itu tak akan berguna tanpa bahan bakar. Malam semakin larut, sementara di dalam mobil van... seorang gadis tengah sekarat.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Wan... aku akan mati," rengek Yul dari dalam mobil.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kau tidak akan mati!" Suara Wawan meninggi. Ia panik, ia ketakutan... bayangan tentang apa yang akan terjadi pada Yul--adik perempuannya--dalam 5 jam ke depan begitu mengerikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Saat matahari terbit, Wan. Apa bedanya mati sekarang dan nanti? Setidaknya... biarkan aku mati dalam wujud manusia." Yul terus-menerus mengigau. Suhu tubuh gadis turun drastis, dingin seperti mayat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOZY3LxjQUx6SCBn84w6_nKVsQboes_KIQUdJMUGjiamf2pOxlB5_iIifClsAJal6cdzkXLdoReaC-WeYNn1X5RkOnjJGzZt-TfC4RHzay23nh1jnN8WV81JlpLpRxtdVfyU1eTLzu5XM6/s1600/Kisah+Horror+Paling+menakutkan+Zombie%2527s+DNA.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="150" data-original-width="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOZY3LxjQUx6SCBn84w6_nKVsQboes_KIQUdJMUGjiamf2pOxlB5_iIifClsAJal6cdzkXLdoReaC-WeYNn1X5RkOnjJGzZt-TfC4RHzay23nh1jnN8WV81JlpLpRxtdVfyU1eTLzu5XM6/s1600/Kisah+Horror+Paling+menakutkan+Zombie%2527s+DNA.png" /></a></div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Berhenti membuatku kesal, Yul!" bentak Wawan. Meski ia tahu itu percuma, adiknya sudah memasuki fase klinis. Ia akan terus mengigau dan merancau, suhu tubuhnya akan semakin menurun, juga kulit yang semakin pucat. Yul hanya memiliki waktu kurang dari 5 jam sampai benar-benar mati. Bukan mati dalam artian yang sebenarnya, karena ia akan 'hidup lagi' dalam wujud Zombie.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Tembak kepalanya!"</div>
<div style="text-align: justify;">
Suara tenor yang sangat asing mengalihkan perhatian Wawan. Sosok kurus dengan setelan kemeja putih, dan sebuah shotguns tipe AK-47 tergantung di pundak.</div>
<div style="text-align: justify;">
Wawan bergeming, ia memicingkan matanya, berharap bisa melihat wajah si pemuda kurus dengan lebih jelas.</div>
<div style="text-align: justify;">
''I'm Will," ujar pemuda yang ternyata memiliki wajah yang sangat manis.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Aku Wawan. Dan yang ingin kau tembak kepalanya itu, Adikku, Yul."</div>
<div style="text-align: justify;">
Wawan yang terkenal sangat tempramental itu menatap Will, sinis.</div>
<div style="text-align: justify;">
"I see... tadi aku hanya memberikan saran. Kau ini kaku sekali," ujar Will. Ia tampak sangat tenang, tersenyum manis pada Yul yang tak memiliki sisa tenaga lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Jadi, kau ingin ia tetap hidup?"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Pertanyaan macam apa itu?! Tentu sa--"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Meskipun ia akan berubah menjadi Zombie dengan 80% kemungkinan bisa membunuhmu jika kau tidak menembak kepalanya?"</div>
<div style="text-align: justify;">
Will menatap lurus mata Wawan, meski perbedaan tinggi dan bentuk badan di antara mereka cukup jauh, tetapi tak tampak rasa gentar dari sosok Will--yang tampilannya seperti remaja berusia 16 tahun--di hadapan Wawan.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Aku tak mungkin membunuh adikku sendiri," gumam pria dengan wajah yang sangat kusut itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Artinya kau ingin dia membunuhmu," timpal Will.</div>
<div style="text-align: justify;">
''Apa yang kau inginkan?" tanya Wawan.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kak... apa itu suara ibu? Apa dia sudah pulang dari pasar? Bu...." Yul kembali mengigau. Will mengintip keadaan gadis itu dari balik jendela mobil.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Sudah berapa lama dia terkena virus?"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Sekitar satu setengah jam."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Mobilmu mogok?"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ya."</div>
<div style="text-align: justify;">
Tanpa meminta izin dari Wawan, Will masuk ke dalam mobil van. Tampak sosok gadis yang begitu lemah, pemuda kurus itu menatap sendu betis Yul yang dibalut kain seadanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Hei, Oldman, bersumpahlah!"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Aku tidak menger--"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Bersumpahlah untuk adikmu. Jangan katakan pada siapapun apa yang kau lihat," titah Will.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Apa maksudmu?" Wawan benar-benar merasa nyaris gila, ia sama sekali tidak mengerti maksud Will. Di saat yang sama, pria itu sangat takut kehilangan adiknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Will tampak menggulung lengan kemejanya, "kau punya peralatan medis?" Tanya Will.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ya, tentu."</div>
<div style="text-align: justify;">
Meski tak terlalu mengerti, namun Wawan enggan bertanya. Ia membuka pintu depan mobil, mengambil peralatan P3K sederhana yang ia bawa dari kota.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kau sudah mencoba mengobatinya?"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ya, aku menyiramkan alkohol di lukanya, kemudian menyuntikkan anti-biotik. Itu bisa memperlambat penyebarannya, kan?"</div>
<div style="text-align: justify;">
Will mengangguk, ia membuka kotak P3K itu. Menggambil satu alat suntik, memasangkan jarum baru, kemudian meraih kapas.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Bersumpahlah kau tidak akan mengatakan kepada siapapun hal ini."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Apa yang akan kau lakukan?"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Memberikan adikmu sedikit waktu lagi," suara Will sangat pelan.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Baiklah, aku bersumpah! Aku bersumpah dengan sepenuh jiwaku! Tapi, kumohon... selamatkan adikku."</div>
<div style="text-align: justify;">
Will melirik Wawan yang mengiba dengan sungguh-sungguh di luar sana. Pemuda itu menghela nafas, ia mengarahkan jarum suntik itu ke lengannya, tepat di pembuluh darah. Dengan satu tarikkan perlahan, tampak cairan merah pekat mulai mengisi alat suntik berukuran medium itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah mengisi suntik itu dengan darahnya, Will meraih kapas dan plaster untuk menutup bekas suntikkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
-</div>
<div style="text-align: justify;">
"Belum ditemukan vaksin ataupun penawarnya, kau tahu? Tapi... Aku tahu satu cara untuk memperlambat penyebaran virus zombie," ujar Will.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Be--benarkah?" Wawan mengintip dari luar mobil, ia benar-benar bingung dengan sosok bernama Will itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
''Kau percaya padaku? Kalau penelitianku tidak meleset, ini akan membuat adikmu bertahan selama tiga sampai empat minggu ke depan."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kumohon lakukanlah! Kami tidak punya harapan ataupun pilihan lagi...," pinta Wawan.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Baiklah," sahut Will. Ia mengarahkan suntik itu ke pundak Yul, tepat di pembuluh darahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Shuut," saat itu juga darah Will berpindah ke tubuh Yul.</div>
<div style="text-align: justify;">
-</div>
<div style="text-align: justify;">
Di sebuah ruangan bawah tanah, tersusun rapih kursi dan meja kayu layaknya ruang tamu biasa. Will menyeduhkan tiga gelas teh hijau di atas meja. Wawan dan Yul diam termenung.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ini teh terbaik di San Fransisco," ujar Will.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ugh... Mister, bagaimana bisa an--"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kalian sukarelawan?" Will memotong ucapan Yul, seperti sudah menjadi kebiasaannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ehm, ya. Kami sebenarnya hanya ingin melakukan riset," sahut Yul.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kepada zombie? Konyol sekali...," cibir Will.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kau sendiri tinggal di sebuah desa yang dipenuhi zombie." Wawan membalas ejekkan Will.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Yeah, terkadang kita diletakkan pada dua pilihan buruk. Dan harus memilih mana yang tidak terlalu buruk," gumam Will.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kalian tahu tentang APV-VZ?" tanya Will pada kedua tamunya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Asosiasi Penelitian Vaksin-Virus Zombie? Mereka semua hebat, mengabdikan hidupnya untuk mencari vaksin yang akan menghilangkan virus zombie," ujar Yul.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ya, nona manis... mereka memang seperti itu, setidaknya di mata masyarakat. Mereka akan mencari penawar untuk virus itu. Meski... harus mengorbankan banyak waktu, harta, dan... nyawa." Sinis dan penuh kebencian, itu yang tampak saat Will berbicara.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kau salah! APV-VZ tidak seperti itu. Mereka sangat baik...," elak Yul.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Diam, Yul! Ingatlah dia yang menyelamatkan nyawamu," bentak Wawan. Kemudian Yul menunduk lesu.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Jadi, bagaimana bisa kau me--"</div>
<div style="text-align: justify;">
"DNA, aku memiliki DNA istimewa yang kebal terhadap virus zombie. Dan APV-VZ membutuhkan orang-orang sepertiku. Memungut kami dari jalanan, kehausan, kelaparan, sendirian... tanpa harapan."</div>
<div style="text-align: justify;">
Wawan dan Yul menatap Will... antara terkejut dan tidak percaya, semua terlukis jelas di wajah mereka. Will menyeruput teh miliknya, akan ada cerita panjang yang perlu didengar kedua orang di hadapan pria itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
"APV-VZ memberikan kami kehidupan, tempat tidur yang empuk, makanan, juga pakaian. Kami pikir itu semua gratis dan tulus, tapi... tidak ada yang gratis di dunia ini, kan? Harga dari kehidupan itu adalah... nyawa kami."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kau tahu, Oldman dan... Nona manis? Zombie disini mungkin telah kehilangan ingatan dan akal sehat mereka. Tapi, manusia di luar sana justru kehilangan hati mereka. APVA-VZ bagiku, jauh lebih kejam daripada Zombie."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ya Tuhan...," Yul menutup mulutnya. Mata gadis itu berkaca-kaca, seperti kebanyakan perempuan... ia memiliki hati yang sangat peka.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kau benar-benar menutup diri. Lalu, kenapa kau mau menolong kami, membocorkan rahasia sebesar itu?" Tanya Wawan.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Jawabannya ada di wajah adikmu. Hal sial bagiku, ia sangat... mirip," Will menghentikan ucapannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Dengan?"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Gazela," Will menarik nafas dalam, "ia adalah gadis yang membatuku kabur dari pasukan khusus yang bekerja untuk APV-VZ. Ia korbankan nyawanya untukku," sambung Will.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Oh... maaf," Yul menunduk.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kau belum aman, Yul. Kau akan terus membutuhkan DNA dalam darahku. Dan itu sangat mustahil untuk kulakukan," gumam Will.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Akh... iya! Begini sudah lebih dari cukup. Aku akan memanfaatkan sisa hidupku sebagai manusia dengan baik. Berjanjilah, kak... kau harus merelakanku dengan baik," ujar Yul, ia tersenyum sangat manis. Dan senyum itu melukai Wawan lebih dari apapun.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ya," gumam Wawan.</div>
<div style="text-align: justify;">
-</div>
<div style="text-align: justify;">
Di perjalanan menuju pusat kota, Yul bersenandung kecil, tersenyum menatal ladang ilalang yang sangat luas. Sementara Wawan yang sedang mengemudi mobil van putih itu tampak pucat, keringat dingin membasahi pelipisnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kita bersyukur ada orang sebaik Will, ia bahkan mengizinkan kita mengambil sedikit bensin dari mobilnya," ujar Yul.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ya, tentu."</div>
<div style="text-align: justify;">
Wawan menatap lurus jalanan, tentu saja ia sangat berterima kasih pada pemuda itu. Tetapi, tak dapat dipungkiri bahwa jabatan General Maneger di PT.APV-VZ yang ia perjuangkan selama 10 tahun itu sangat sulit untuk dikorbankan dengan seorang pemuda baik hati yang baru ia kenal tadi malam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ia melirik adiknya, Yul. Gadis itu tidak tahu apa-apa, ia bahkan tidak tahu kalau kakaknya bekerja di APV-VZ.</div>
<div style="text-align: justify;">
-</div>
<div style="text-align: justify;">
Dua setengah minggu berlalu setelah kedatangan Wawan dan Yul ke rumah Will, mereka adalah tamu pertama sekaligus terakhir bagi pemuda kurus itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bruak!</div>
<div style="text-align: justify;">
Suara pintu di dobrak menghentikan lamunan Will. Ia segera meraih shotguns, seperti biasanya... tipe AK-47 adalah pilihan pemuda itu. Sudah sangat lama sejak Zombie terakhir yang berhasil mencium keberadaannya. Will bersiap dengan senjata api laras panjang itu, menatap lurus pintu yang akan segera terbuka.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bruak!</div>
<div style="text-align: justify;">
Tepat saat pintu itu terbuka, Will segera membidik. Namun bukan Zombie yang bertamu, lebih buruk dari itu... beberapa orang bersenjata handsguns dengan pakaian rapih muncul di hadapan Will.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Hai... anak istimewa kesayanganku. Kau bertambah besar, ya?"</div>
<div style="text-align: justify;">
Suara yang tidak asing mengagetkan Will, kemudian muncul seorang pria tua dengan setelan jas mahal, sepatu pantofel mengkilap, dan rambut beruban yang ditata rapih. Pria berusia setengah abad itu tersenyum menatap Will.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kau tahu, Will... sudah bertahun-tahun kami kehabisan anak dengan DNA istimewa sepertimu. Penelitian kami benar-benar nyaris berakhir... lalu terpikir oleh kami untuk mencarimu. Kami beberapa kali mengirimkan orang ke tempat ini, sedikit berbahaya memang, tapi biaya yang kami keluarkan akhirnya terbayar saat kaki tangan terbaik kami berhasil menyentuh hati nuranimu," pria tua itu bermonolog di hadapan Will.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kaki tanganmu?" Mulut Will terkatup, matanya menyiratkan ketidak percayaan. Hingga kemudian muncul Wawan dari balik beberapa orang bersenjata itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Maaf, Will... aku benar-benar--"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Sialan, kau...," umpat Will. Pemuda itu membidik shotguns miliknya ke kepala Wawan.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Oh... tenang, tenang... Will. Kau bisa menembak dia yang sama sekali tidak berharga, tapi... bagaimana jika aku tunjukkan ini?"</div>
<div style="text-align: justify;">
Pria tua itu menunjukkan sebuah ponsel ke hadapan Will, tampak sebuah video singkat menampilkan seorang gadis berambut brown bergelombang. Ia terbaring lemah dengan beberapa alat medis yang menopang kehidupannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Gazela... ia masih hidup?"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ohoho... terkadang kita harus menjaga umpan kita tetap segar untuk memikat ikan kerapu," ujar si pria tua.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kalian semua sialan! Kejam! Bajingan!" umpat Will tiada henti. Wajah pemuda itu memerah sampai ke telinganya. Ia menatap muak pria tua itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Apa yang kalian inginkan?"</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07545967620142708662noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6017509971119711001.post-29427652180369035492016-01-12T05:18:00.001+07:002018-12-02T17:38:23.277+07:00Cerita Misteri Terseram Wanita pengecap darah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Oleh : Zie Qarisa Sasmi</div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlv5GQ50sswcjSYn4AYbJt5T89PuQmQCeziBU8vjl0-vyViCg-OJ3MAIMVfph2N08fIoWoVKpA106V906rQfVh8DpkVEgb5aRgdcgXMxLmKsBYlxqV_8MhI68yMmGtzAlIxITuC-9uBCA0/s1600/Cerita+Misteri+Terseram++Wanita+pengecap+darah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="168" data-original-width="299" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlv5GQ50sswcjSYn4AYbJt5T89PuQmQCeziBU8vjl0-vyViCg-OJ3MAIMVfph2N08fIoWoVKpA106V906rQfVh8DpkVEgb5aRgdcgXMxLmKsBYlxqV_8MhI68yMmGtzAlIxITuC-9uBCA0/s1600/Cerita+Misteri+Terseram++Wanita+pengecap+darah.jpg" /></a></div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hutan Bukit Rel di Kabupaten Wajok Kecamatan Siantan Hilir, Pontianak Utara sudah terkenal akan keangkerannya. Konon di sana masih terdapat pohon-pohon raksasa yang beserta makhluk-makhluk gaib sejenis jin-jin jahat. Di sana bahkan sinar matahari susah untuk menembus rimbunan hutan. Tapi entah mengapa SMA N 05 mengadakan camping di sana.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Aduh! Apa tidak bisa camping tempat lain, Pak Medi?" ucap Bu Rima sebagai panitia camping sekolah.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Bu Rima takut ya? jangan terlalu percaya takhayul, Bu!"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Bukan masalah takhayul, Pak! Tapi ini demi keselamatan anak-anak. Kita tidak boleh mengabaikan mereka, Pak!"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Sudahlah, Bu! Jangan khawatir, kita akan menjaga anak-anak dengan baik dan tanggung jawab," ucap pak Medi dengan meyakinkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bu Rima tidak kuasa melanjutkan pembicaraan, karena dia merasa percuma berdebat dengan pak Medi yang tidak percaya dengan hal-hal mistis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya hari yang ditentukan pun tiba, murid-murid SMA N 05 yang dipimpin beberapa guru mereka pun berangkat ke hutan Bukit Rel. Jumlah murid yang ikut lumayan banyak sekitar 80 orang, sedangkan guru pembimbing yang ikut sebanyak 5 orang. Terdiri dari Pak Medi ketua panitia, Pak Agung, Pak Zunaidi, Bu Rima dan Bu Karin. Murid-murid yang aktif di kepramukaan saja yang ikut camping.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Bu Rima, masih jauhkah perjalanan kita?" tanya Siska salah satu murid.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Setengah jam lagi kita akan sampai ke depan gerbang Hutan Rel, dan butuh 1 jam perjalanan menuju tempat camping," jelas bu Rima.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Waduh! Jauh sekali, Bu!" sambung Beno.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Belum sampai di gerbang hutan saja sudah serem," kata Siska sambil memandang kanan kiri jalan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Rombongan camping itu menggunakan 2 buah bus sekolah, yang hanya bisa mengantar mereka sampai di gerbang hutan. Selanjutnya mereka harus berjalan kaki menyusuri hutan tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah setengah jam, bus berhenti di gerbang hutan. Tertera jelas dengan papan nama Hutan Bukit Rel di atas gerbang kayu berbingkai besi berkarat. Tampak begitu angker terukir di papan berwarna hitam.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Baiklah anak-anak! Kita sudah tiba di gerbang, perjalanan selanjutnya akan kita tempuh dengan berjalan kaki!" kara pak Medi dengan pengeras suara.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Pak Agung dan Pak Zunaidi akan berjalan di belakang rombongan, Bu Karin di tengah rombongan, sedangkan saya dan Bu Rima berjalan di depan rombongan," ucap pak Medi kemudian.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah mengatur barisan dengan rapi, murid-murid dan para guru pun mulai berjalan memasuki hutan tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perjalanan menuju tempat camping sangatlah melelahkan. Karna medan yang ditempuh naik-turun, belum lagi kondisi jalan yang sedikit becek. Maklum saja hutan itu sangat rimbun dan lembab.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Hutan ini terasa aneh," ujar Siska.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Iya! Aku jadi merinding dari awal masuk gerbang," kata Bella yang berjalan di samping Siska.</div>
<div style="text-align: justify;">
Rombongan murid beserta guru itu pun menyusuri jalan. Banyak di antara mereka yang bergidik, bahkan murid-murid perempuan tampak tak berani memandang samping kiri maupun kanan jalan. Sedangkan ada yang berbincang-bincang sambil jalan mengusir rasa takut di hati mereka. Tiba-tiba,</div>
<div style="text-align: justify;">
"Braaakkkkk!" </div>
<div style="text-align: justify;">
"Aaakkkkhhhhhh!" Sebuah ranting pohon jatuh tepat di sisi jalan, dan secara spontan murid-murid yang kaget menjerit bersamaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Tenang anak-anak! Cuma ranting pohon yang jatuh," jelas pak Medi menenagkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Mari kita lanjutkan perjalanan sebelum gelap!"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Hampir copot jantungku!" ucap bu Karin.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kemudian perjalanan dilanjutkan, karena mereka berharap cepat tiba di tempat tujuan. Benar saja setelah satu jam berjalan. Rombongan pun tiba di tanah yang lapang di tengah hutan.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Anak-anak! Kita sudah sampai tujuan, anak laki-laki cepat dirikan tenda sebagian, sebagian lagi cari kayu bakar untuk api unggun. Sedangkan anak-anak perempuan dan bu guru bisa memasak untuk makan kita."</div>
<div style="text-align: justify;">
Pak Medi memberi tugas dengan pengeras suara. Ada beberapa anak laki-laki dipimpin pak Agung menuju ke mata air. Mereka membawa beberapa jerigen dan ember untuk menampung air bersih.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Anak-anak! Bantu ibu mencuci beras!" pesan bu Karin pada anak laki-laki yang mengambil air bersih.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hari sudah mulai gelap, meski baru pukul 17:00 WIB. Tenda-tenda sudah berdiri, api unggun juga sudah siap dihidupkan. Sedangkan makan malam yang dipersiapkan oleh guru wanita beserta murid-murid perempuan juga hampir siap.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Bu Karin! Saya masak nasi untuk makan malam kita dari tadi, sampai sekarang kok belum tanak-tanak, Bu?" ujar bu Rima heran.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Maksud Bu Rima?"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Iya, dari tadi saya coba nasi itu mentah, Bu!"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kok aneh! Coba Bu Rima beritahu pada Pak Medi!" kata bu Karin tak yakin.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bu Rima pun meminta seseorang muridnya untuk memberitahu masalah mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pak Zunaidi dan Pak Medi datang dengan sedikit heran.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ada apa, Bu Rima?" tanya pak Zunaidi.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ini, Pak! Dari jam 16:30 WIB sampai sekarang nasi yang saya tanak, tidak masak-masak. Masih mentah, Pak!"</div>
<div style="text-align: justify;">
Pak Medi melirik jam tangannya, waktu menuju pukul 17:50 WIB. Aneh juga selama itu nasi masih mentah.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kurang air mungkin, Bu!" kata pak Medi.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Tidak mungkin, Pak! Saya sudah biasa masak meski jumlah banyak!" jawab bu Rima.</div>
<div style="text-align: justify;">
Secara tidak sengaja pembicaraan para guru didengar oleh Nuri, salah satu siswa. Dan dia pun memberanikan diri untuk menyela pembicaraan.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Maaf, Pak! Bu! Boleh saya yang masak nasi baru?" tanyanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kamu bisa, Nur?" tanya bu Karin kurang yakin.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Insya Allah, Bu!"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Biarkan Nuri mencoba, mungkin dia berpengalaman," ujar pak Zunaidi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tanpa buang waktu Nuri pun mengajak Siska dan Bella membantunya. Dari mencuci beras sampai memasak nasi hingga menanak Nuri berkomat kamit, Siska dan Bella tersenyum karna tingkah Nuri dan rada bingung juga karena belum satu jam nasi yang mereka masak sudah tanak. Nuri tidak lupa memberi sebuah paku pada air tanak nasi dalam dandang yang digunakan. Hal ini jadi pembicaraan murid-murid waktu makan malam tiba.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Nur! Boleh ibu bertanya?" ucap bu Karin pada saat mereka berkemas-kemas usai makan malam.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Silahkan, Bu!"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kenapa kamu memasukan sebuah paku di dalam dandang nasi?"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Oh, itu karna nasi yang dimasak tidak diganggu makhluk halus, Bu!"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Dari mana kamu tahu masalah ini?"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Dari nenek saya, Bu! Beliau punya keistimewaan dalam hal-hal gaib," jelas Nuri.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Oh!" Bu Karin mengangguk-ngangguk antara percaya dan tidak. Namun itulah kenyataan yang mereka alami.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Malam pun tiba, api unggun menyala. Seluruh murid dan guru berkumpul. Mereka bernyanyi dan melakukan permainan. Suasana cukup meriah dan memecah kesunyian hutan. Namun tanpa mereka sadari ada sepasang mata merah mengawasi dari balik semak-semak.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah bernyanyi dan bersuka ria, malam pun kian larut. Semua anggota camping mulai lelah dan masuk ke tenda-tenda untuk istirahat. Tinggal beberapa siswa yang mendapat giliran jaga bersama pak Agung.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Rudi dan Iwan, ikut bapak keliling tenda sebentar!" kata pak Agung pada dua siswa.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Baik, Pak!" jawab keduanya serempak.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketiganya pun berlalu pergi. Sekonyong-konyong,</div>
<div style="text-align: justify;">
"Toolooonnnggg!" Teriak sebuah suara.</div>
<div style="text-align: justify;">
Para siswa yang berjaga langsung menuju arah suara, rupanya dari tenda siswa putri.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Tolong! Tolong!" Teriak Bella ketakutan.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ada apa, Bel?" tanya pak Agung dari depan tenda.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Tolong, Pak! Je .. Jeni hilang!" ucap Bella terbata.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Jeni! Kemana dia?"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Tadi Jeni tidur di samping saya, Pak! Ta ... tapi sekarang Jeni hilang!" ucap Bella ketakutan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bu Rima dan bu Karin datang menghampiri tenda Bella.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ayo kita cari! Mungkin Jeni pergi buang air kecil," kata pak Agung menenagkan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bergegas pak Agung mengerahkan beberapa siswa dan juga pak Medi, mencari Jeni. Sebagian membawa obor, sebagian ada yang membawa senter. Mereka berteriak memanggil nama Jeni.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Jen! Jeni!" Panggil mereka bergantian. Tapi tetap tidak menemukan keberadaan Jeni. Sebagian siswa siswi yang di tenda, cemas menunggu kabar keberadaan Jeni. Hampir semua tidak bisa tidur hingga rombongan yang mencari Jeni pulang.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Bagaimana, Pak Medi? Jeni sudah ditemukan?" tanya bu Rima cemas.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Belum, Bu! Mungkin kita lanjutkan besok saja, karna anak-anak kelelahan," jelas pak Medi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Semuanya tegang dan diam, masing-masing dengan pikiran sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Anak-anak, sebaiknya kalian istirahat! Biar bapak dan guru lain yang berjaga-jaga!" kata pak Medi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagian siswa kembali ke tenda, tapi mereka tidak bisa tidur nyenyak. Waktu masih menunjukan pukul 03:15 WIB. Para guru bergantian keliling untuk ronda bersama sebagian siswa.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pukul 06:20 WIB pak Medi yang sudah bangun dari tidurnya selama satu jam, karena bergantian ronda. Bergegas mengumpulkan beberapa siswa dan guru pria lain, untuk melanjutkan pencarian.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Pak Agung, Pak Zunaidi! Kita bikin tiga kelompok, masing-masing kita membawa 6 sampai 7 siswa untuk mencari keberadaan Jeni."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Baik Pak Medi! Memang itu lebih bagus, untuk memperluas pencarian," ucap pak Agung.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah bersiap-siap, para guru pria itu pun memimpin pencarian. Mereka berpencar ke wilayah berbeda, sambil membawa bekal dan alat sekedar berupa tongkat, tali, dan juga berupa senjata seperti parang dan sabit. Karena mereka harus masuk ke hutan yang penuh belukar rimbun.</div>
<div style="text-align: justify;">
Rombongan pak Zunaidi ke arah utara, pak Medi memimpin ke arah selatan, sedangkan pak Agung menuju arah barat. Setelah hampir setengah jam berjalan, rombongan pak Agung berhenti di suatu tempat dalam hutan.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Pak! Coba bapak lihat! Apa ini?" ucap salah satu siswa yang menemukan sesuatu di semak-semak.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Apa yang kamu temukan?" tanya pak Agung.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ini seperti cabikan kain, Pak! Ada bercak darah di sini!" kata siswa itu kembali.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pak Agung meraih cabikan kain itu, sambil mengernyitkan kening pak Agung berucap "kajn ini masih baru, dan darah yang membekas juga masih baru."</div>
<div style="text-align: justify;">
Para siswa yang terdiri dari 6 orang mengerumuni pak Agung. Dengan perasaan tegang mereka menunggu perintah guru itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lama pak Agung diam dan mengamati cabikan kain di tangannya. Hingga salah satu siswa menyentak lamunan guru itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Pak! Apa kita akan teruskan pencarian?"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Sebaiknya kita pulang ke perkemahan, dan memberi tahu guru yang lain tentang ini," jawab pak Agung.</div>
<div style="text-align: justify;">
Entah mengapa firasatnya begitu tidak enak. Kemudian rombongan pak Agung pun kembali ke tempat camping. Bu Rima yang melihat kedatangan pak Agung beserta rombongan, cepat-cepat menghampiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Bagaimana Pak Agung? sudah ketemu Jeni?"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Belum, Bu! Kami malah menemukan cabikan kain ini, Ibu kenal dengan motif kain ini?" tanya pak Agung.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bu Rima mengamati cabikan kain di tangan pak Agung. Rasa-rasanya dia pernah melihat tapi entah di mana. Sementara rombongan pak Zunaidi juga sudah kembali ke tempat camping, dengan tangan kosong pula. Dari jauh seorang siswa berlari menghampiri. Sesampainya di tempat, siswa itu berbicara dengan terengah-engah.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Pak! Ikut saya ke dalam hutan! Pak Medi menunggu di sana!"</div>
<div style="text-align: justify;">
Tanpa banyak bicara, kedua guru itu pun mengikuti siswa tersebut. Sambil berlari kecil mereka menuju ke tempat pak Medi dan rombongan. Dari jauh mereka memandang ke arah sebuah pohon besar di dalam hutan itu. Tampak sesosok mayat bergelantungan di atas.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Pak Medi! Itu Jeni!" Ucap pak Agung tak percaya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Iya!" jawab pak Medi singkat dan lirih.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Astaga! Apa yang sudah terjadi pada Jeni?" ucap pak Agung terpukul dengan temuan itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Sebaiknya kita turunkan dulu mayat Jeni, agar tahu apa dan bagaimana keadaannya," kata pak Zunaidi pula.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan sigap pak Zunaidi memanjat pohon yang cukup besar dan tinggi itu. Sedangkan rombongan yang menunggu di bawah begitu tegang dengan situasi yang ada. Pak Medi tidak tahu harus berkata apa-apa, karena pertanggung jawaban terhadap siswa ada di tangannya. Setelah jasad Jeni diturunkan. Mereka melihat ada luka gigitan yang cukup dalam di bagian leher Jeni. Seolah tercabik-cabik binatang buas. Tapi bagaimana bisa Jeni bergelantungan dengan akar pohon di atas sana, itu yang tidak bisa dipahami. Kemudian mereka pulang ke tempat camping.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tangisan dan jeritan pun pecah ketika semua tahu Jeni telah meninggal, apa lagi bu Rima dan bu Karin. Seluruh peserta camping ricuh karena kejadian itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Pak Medi! Apa yang harus kita utarakan kepada orang tua Jeni atas kejadian ini?" tanya bu Rima di sela tangisannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kita harus lapor polisi atas kejadian ini, Bu!" ucap pak Medi.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Sebaiknya kita berkemas-kemas dan pulang!"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Hari sudah mulai gelap, Bu! Kita tidak bisa pulang sekarang, tapi besok pagi kita baru bisa kembali ke kota," jelas pak Agung pada semua yang berada di sana.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mau tidak mau memang mereka harus menginap semalam lagi. Karena hari sudah mulai gelap dan mereka tidak bisa ambil resiko untuk keluar hutan saat itu juga. Belum lagi kendaraan untuk pulang juga tidak ada, karna perjanjian dengan bus yang mengantar datang pada hari ke 5 dari jadwal yang ditentukan. Pak Zunaidi pun mengambil sebuah terpal untuk membungkus jasad Jeni. Sedangkan pak Medi diam terpaku merasa sangat terpukul atas kejadian itu. Malam sudah datang, api unggun pun dinyalakan. Bahkan setiap sudut tenda mereka menyalakan api unggun, untuk berjaga-jaga dari serangan binatang buas. Siswa dan siswi berserta guru berkumpul di tengah-tengah tenda. Suasana berkabung sangat terasa malam itu, sebab kejadian sesungguhnya masih jadi teka-teki. Beberapa siswa berbisik-bisik membicarakan hal tersebut. Namun tiba-tiba angin berhembus kencang. Bersamaan itu, berkelebat sesosok tubuh yang melayang cepat dan menyambar salah satu siswa.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Tolong! Tolong!"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Hei! Lepaskan anak itu!" Bentak pak Medi berdiri dan mengejar tubuh yang melayang.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Aaakhh!" Suara jerit tersengak dari atas pohon tempat tubuh siswa yang disambar kemudian jatuh ke tanah terlempar dari atas.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Aaaaahhhh!" Jerit semua panik.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Hihihihihi ...!" Sosok di atas pohon terkekeh puas. Tubuh itu pun melayang dan tertawa dengan lengkingan menakutkan. Rambut panjang menjutai tak beraturan, dengan wajah samar tapi mengerikan. Ditambah kuku dan taring panjang, entah makhluk apa sosok itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Hihihihihihi ...!" Tawa menakutkan itu terbang berputar-putar di atas mereka yang berlari ketakutan. Ada yang masuk ke tenda, ada pula yang berpelukan sambil menangis gemetar. Sebagian siswa laki-laki dan guru pun memegang senjata tajam dan tongkat.mereka memberanikan diri untuk melawan seandainya di serang. Pak Zunaidi melempar tubuh yang melayang-layang itu dengan api obor. Diikuti oleh siswa yang lain. Tapi lemparan itu sia-sia, makhluk itu semakin terkekeh melecehkan tindakan pak Zunaidi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bersambung 5</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07545967620142708662noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6017509971119711001.post-52873453339531633462016-01-12T05:06:00.000+07:002018-12-02T17:38:23.394+07:00Cerita Misteri Populer Misteri Buku Berdarah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Oleh : Redd Joan Member Komunitas Bisa Menulis (KBM)<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicbJFV3th0yxG9PafQmWR3NSKWe7zX5Wc33hDDbmu6Xy7P3Gbw9DGvQiPHbKzvY7C8roazdLjSY4E2Aj9Axdz2lJXf2J_UzIbUdFkou_2tpyBID0MhcHaZkuQmIW1Q-d_oiOl8zL602mDb/s1600/Cerita+Misteri+Populer+Misteri+Buku+Berdarah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="150" data-original-width="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicbJFV3th0yxG9PafQmWR3NSKWe7zX5Wc33hDDbmu6Xy7P3Gbw9DGvQiPHbKzvY7C8roazdLjSY4E2Aj9Axdz2lJXf2J_UzIbUdFkou_2tpyBID0MhcHaZkuQmIW1Q-d_oiOl8zL602mDb/s1600/Cerita+Misteri+Populer+Misteri+Buku+Berdarah.jpg" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
"Tidak ada misteri buku berdarah di perpustakaan ini, aku tegaskan sekali lagi. Jangan membuat cerita yang tidak benar dan justru mengurangi niat baca para pengunjung! Kalau ada di antara kalian membuat hal-hal bodoh tentang hantu di sini lebih baik jangan datang kemari, paham!?" </div>
<div style="text-align: justify;">
Arman bicara dengan tegas kepada beberapa mahasiswa yang di catatnya telah menyebarkan kejadian horror di perpustakaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sore hampir gelap Arman berjalan cepat menuju rumah Ratih, hujan gerimis tidak di hiraukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kamu minggu depan harus pindah ke luar kota ini Ratih, aku akan siapkan rumah kontrakan untuk sementara waktu. Tinggalah di sana dan bersikaplah biasa... Ok?"</div>
<div style="text-align: justify;">
Lagi-lagi suara tangisan itu muncul, jelas terdengar dari belakang rak buku paling ujung.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di sana terdapat satu meja dan kursi juga beberapa buku besar catatan perpustakaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mei merinding beku tubuhnya tidak berani bergerak.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Sandi kau dengar suara tangisan itu?" Bibirnya gemetaran.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Aku tidak mendengar apa-apa Mei, kamu jangan mulai lagi atau Pak Arman akan menghardik kita. Aku butuh banyak referensi buku dari sini..."</div>
<div style="text-align: justify;">
Sandi sibuk membolak-balik buku tebal di depannya dan mulai mencatat.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Sandi, aku pulang duluan aja. Perasaanku enggak enak..." Mei mengemas buku-buku, berjalan menuju rak buku nomer tiga untuk meletakkan kembali.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tiba-tiba dia mendengar ada suara benda terjatuh, mungkin beberapa buku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dia berbalik arah, melihat pada rak paling ujung itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mei mengatur napas dan berusaha mengalihkan pikiran yang bukan-bukan tentang suara tangisan atau apapun itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Beranikan diri berjalan ke arah sana perlahan-lahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Begitu terkejutnya Mei menyaksikan pemandangan yang begitu mengerikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Darah berceceran di lantai ruang sempit itu dan bau anyir menyengat hidungnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mei menutup mulut sambil matanya terbelalak tidak bisa menjerit melihat pemandangan yang begitu mengerikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Buku didekapannya jatuh di lantai, Mei rasa mual dan ngeri.</div>
<div style="text-align: justify;">
Hampir terjatuh lemas, di gapainya kayu rak buku lalu berbalik badan bergegas meninggalkan tempat itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di ambilnya tas dari kursi tanpa berkata apa-apa kepada Sandi, Mei langsung berjalan keluar. </div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak di rasa oleh Mei sepasang mata mengikutinya sampai dia menghilang dari balik pintu perpustakaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mei mengambil segelas air kemudian menarik kursi dan duduk termenung. Kejadian ganjil dan mengerikan itu terus menerus terbayang di pelupuk matanya. </div>
<div style="text-align: justify;">
Sambil berkali-kali dia mengernyitkan dahi coba melupakan tapi semakin jelas saja kejadian itu dalam pikirannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dia menelungkup di meja kedua tangannya memegangi kepala. “hufftt… misteri apa ini?!” </div>
<div style="text-align: justify;">
Tiba-tiba dia terkejut seperti punggungnya di tepuk seseorang, reflek dia menoleh kebelakang dan tidak sengaja tangannya menyenggol gelas dan pryang! Gelas jatuh pecah di lantai berhamburan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dia perhatikan sekeliling tidak ada orang lain di dapur. </div>
<div style="text-align: justify;">
“… mungkin aku tertidur tadi” </div>
<div style="text-align: justify;">
Mei mengeluh lalu bangkit ambil sapu membersihkan serpihan gelas.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di liriknya jam tangan, menunjukkan pukul satu lebih dini hari. </div>
<div style="text-align: justify;">
Rumah lengang, orang tuanya pergi keluar kota mengunjungi nenek yang sakit. </div>
<div style="text-align: justify;">
Bik Yun juga ikut karena di sana butuh seorang yang bisa merawat nenek. Dendi pamit tidur di rumah kawan selesaikan project sekolah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Mei melangkah masuk kamar, duduk depan meja belajar buka laptop dan mulai mengetik.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku yakin melihat darah itu berceceran di lantai ruang belakang perpustakaan, tubuh seorang perempuan telungkup dengan kepala berdarah tangan terikat di belakang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Juga suara tangisan yang selalu menggangguku setiap kali aku mulai membaca buku di perpustakaan itu. Tapi anehnya tidak ada yang mendengarkan atau setidaknya ada di antara mereka ada yang melihat tubuh tergeletak mungkin sudah berapa lama di situ, entahlah…</div>
<div style="text-align: justify;">
Selain statement pak Arman yang mengancam beberapa mahasiswa yang sempat menghebohkan isu horror aku tidak yakin hal ini adalah sekedar isu tidak beralasan."</div>
<div style="text-align: justify;">
Click save lalu off. Mei menutup laptop dan beranjak ke tempat tidur mencoba untuk lelap.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di sebuah kamar kontrakan, Ratih demam dan tubuhnya terasa lemas. Hari ini mau ke dokter tapi hujan tidak berhenti. </div>
<div style="text-align: justify;">
Dia menggapai HP menekan beberapa nomer.</div>
<div style="text-align: justify;">
“…besok kamu bisa datang enggak? Aku tidak kuat lagi. Kalau terus begini aku bisa mati sekarat, tidak tahu apa penyakitku… jangan beralasan terus!” di bantingnya handphone ke atas meja, dia berbaring lagi dengan perasaan berkecamuk.</div>
<div style="text-align: justify;">
Matanya ingin terpejam tapi sulit, semakin dia ingin melakukannya semakin dia tidak bisa. </div>
<div style="text-align: justify;">
Di tambah lagi rasa sakit yang cukup membuatnya tidak tenang, keringat dingin bercucuran mual dan panas tinggi.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Selamat ya bu, hasilnya positif…”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dokter menunjukkan test pack ke arahnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
Reaksi pertama Ratih adalah pucat dan gemetaran, tapi bibirnya menipu dengan tersenyum. </div>
<div style="text-align: justify;">
Lagi berpura-pura mendengarkan nasehat dokter untuk makan beberapa vitamin, istrahat cukup lalu menyerahkan resep obat dan Ratih mengangguk “Terimakasih…" katanya, sambil bangkit dari tempat duduk dan keluar dari ruang periksa kemudian bergegas pulang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Perjalanan macet alasan keterlambatan disampaikan Arman kepada Ratih, ini klise tapi benar-benar bikin stress. </div>
<div style="text-align: justify;">
Sesampai Arman di kontrakan, Ratih sudah berangkat sendiri ke klinik tidak menunggu kedatanganya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dia langsung masuk ke dalam dan menunggu Ratih sambil istirahat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setibanya Ratih di rumah dia sempat terkejut melihat Arman sudah di dalam. Dia tidak melihat mobil Arman parkir di halaman depan. </div>
<div style="text-align: justify;">
"Arman...” panggil Ratih lalu menghambur ke pelukan Arman yang menyambut dengan lebih hangat, dia mengelus lembut punggung Ratih lalu mencium keningnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Gerimis mulai turun di luar sana, kehangatan dan gelora rindu mengikat mereka berdua. </div>
<div style="text-align: justify;">
Saling memagut dan melepaskan rasa bergumul hingga demam Ratih terlupa menguap bersama deru nafas silih berganti menjadi lelah yang menidurkannya dalam lelap kemudian.</div>
<div style="text-align: justify;">
Arman bangkit menyulut rokok, mengepulkan berkali-kali sambil matanya tidak pergi menelanjangi tubuh Ratih yang tergolek di pembaringan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ratih berusaha menahan tubuh, kedua tangannya mencengkeram dari tarikan kuat yang tiba-tiba di rasakan ketika dia tengah berbaring.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dia tidak melihat apapun, yang di rasakan hanyalah kedua kakinya naik seperti ada yang menarik dengan sangat kuat. </div>
<div style="text-align: justify;">
Ratih menjerit ketakutan, tidak mampu menahan dan akhirnya dia lepas kendali. </div>
<div style="text-align: justify;">
Tubuhya berputar beberapakali di udara dan dihempaskan ke lantai. </div>
<div style="text-align: justify;">
“Aaaarrrhhh…” teriakan Ratih tertahan menahan sakit sekujur tubuhnya dan sangat ketakutan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dia menyeret tubuhnya ke samping tempat tidur, berusaha meraih hp dengan gemetar tapi belum sempat dia melakukan panggilan entah darimana datangnya hp seperti di rebut dan di buang ke lantai hingga pecah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ratih semakin histeris tidak di sadari darah mengalir dari selangkangannya dia merangkak meraih handle pintu kamar tapi terkunci. </div>
<div style="text-align: justify;">
“Bukaaaa…tolonglah buka pintunyaa…” teriaknya entah kepada siapa sambil di pukul-pukul pintu tapi tidak ada seorangpun mendengar. </div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya Ratih terjatuh lemas tidak sadarkan diri.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pengunjung perpustakaan tidak hanya terdiri dari mahasiswa unversitas setempat akan tetapi banyak juga datang dari universitas lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bangunan perpustakaan di desain dengan gaya dinamis dinding ruang di cat paduan warna hijau daun dan kuning, juga beberapa lukisan yang di padu padan dengan tokoh terkenal dan ilmuwan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di dukung dengan koleksi buku-buku dari semua jenis keilmuan dan pengetahuan umum lain memudahkan pengunjung untuk tidak perlu susah payah mencari kelengkapan yang diperlukan dengan pergi ke perpustakaan lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
Arman sudah lama bekerja sebagai penjaga sekaligus ketua koordinator perpustakaan. </div>
<div style="text-align: justify;">
Selain dia seorang penulis novel dan sebagai pengajar di sebuah lembaga kursus Bahasa Asing.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sudah berkeluarga dan punya dua anak. </div>
<div style="text-align: justify;">
Tetapi dia punya hubungan dengan Ratih, seorang mahasiswa yang bekerja sebagai salah satu staff perpustakaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Awalnya hubungan mereka sekedar teman berbagi setelah pada banyak hal mereka sering melakukan bersama akhirnya Arman dan Ratih jatuh lebih dalam lagi pada hubungan yang terlarang dan lupa diri.</div>
<div style="text-align: justify;">
Menyadari kesalahan yang sudah terlambat, Arman merasa khawatir apabila hubungan tersebut di ketahui orang lain terutama istri dan anaknya yang tidak bersalah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Akan tetapi Ratih begitu baik dan bisa menerima keadaan mereka, meskipun ada beberapakali dia menginginkan status yang sah dan jelas, tapi apa boleh buat Arman tidak berani melakukan itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Suatu sore Ratih sedang berada di ruang belakang perpustakaan untuk memeriksa pembukuan dan merapikan beberapa buku dalam rak, Arman datang memeluknya dari belakang. Ciuman demi ciuman semakin melenakan mereka berdua.</div>
<div style="text-align: justify;">
Via tersentak menyaksikan dua orang yang jelas dikenalnya itu setengah telanjang. </div>
<div style="text-align: justify;">
Di saat yang hampir bersamaan Arman dan Ratih pun terkejut dan tidak menunggu lama mereka melepaskan pelukan dan saling pandang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya Via segera mundur dan ingin pergi menghindari sesuatu yang lebih tidak enak lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Akan tetapi Arman dengan cepat menarik tubuh Via dipaksa masuk mendorongnya terjerambab di lantai.</div>
<div style="text-align: justify;">
Via melawan akan tetapi Arman jauh lebih kuat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Arman menghantamkan kepala Via ke lantai berkali-kali, sampai pada detik terakhir Via tidak bergerak lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kamu jangan hanya berdiri saja Ratih, tutup mukanya dengan buku tebal itu" teriak Arman.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ambil tali dalam laci sana aku mau ikat tangannya" </div>
<div style="text-align: justify;">
Ratih gemetar ketakutan tapi tidak berani menolak, dia membantu Arman mengikat ke dua tangan Via ke belakang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Yang ada dalam pikiran Arman hanyalah menyelamatkan nama baik mereka berdua. </div>
<div style="text-align: justify;">
Jangan sampai apa yang telah mereka lakukan di ketahui orang. </div>
<div style="text-align: justify;">
Hal ini bisa mengancam pekerjaan juga kehidupan rumah tangganya, dia sudah gelap mata.</div>
<div style="text-align: justify;">
Darah berceceran di lantai tubuh Via tidak bergerak lagi, Ratih menggigil pucat pasi ketakutan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Arman terdiam sambil berpikir bagaimana menghilangkan jejak pembunuhan mereka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sandi kembali menekuni buku di depannya berusaha tidak perduli dengan sosok seorang gadis yang terlihat hilir mudik di dalam ruangan sudut perpustakaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Semakin menunduk semakin besar niatnya untuk lebih memperhatikan. Akhirnya dia mengangkat sedikit wajahnya dan melihat ke arah gadis itu menunduk entah apa yang di lihat di lantai sana.</div>
<div style="text-align: justify;">
Wajahnya tertutup rambut jatuh sebahu, tidak lama kemudian dia menoleh kearah Sandi dengan pandangan seperti ketakutan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tiba-tiba Sandi dikejutkan teguran Mei, "Heiiii... lihat apa serius banget kamu" sambil dia menjatuhkan buku ke atas meja.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Owh, aku..." katanya sambil dia menoleh ke arah gadis itu, akan tetapi sudah tidak ada di sana bahkan dia melihat sekeliling ruang perpustakaan Sandi tidak menemukan sosok itu lagi.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Aku tahu kau juga melihatnya Sandi" kata Mei padanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Shit...! Aku tidak suka ini, huuftt" jawab Sandi jengah tapi dalam hati diliputi berbagai tanda tanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ayolah Sandi kita selesaikan semua ini, tapi please janji hanya kamu dan aku" bujuk Mei sambil berbisik. </div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya mereka sepakat untuk mencari jawaban misteri gadis yang sering muncul dan penuh misteri.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Aku ikut..." tiba-tiba Dedi duduk di sebelah Sandi.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Aku juga pernah melihatnya, dia sering datang kesini tapi aku yakin dia bukan mahasiswi universitas kita San" jelas Dedi</div>
<div style="text-align: justify;">
"Hari itu aku datang untuk mengambil headset yang tertinggal, aku melihat dia sedang membaca dan membuat catatan ketika aku mendekatinya untuk sekedar menyapa dan berkenalan, namanya Via. </div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi setelah hari itu aku tidak pernah melihatnya lagi, kecuali pada saat perpustakaan hampir tutup di suatu sore aku bergegas keluar dan melewati ruang paling sudut di sana itu. </div>
<div style="text-align: justify;">
Sumpah! aku yakin postur tubuhnya sama persis tapi aneh, dia hanya berdiri terpaku menatap barisan buku membelakangiku, tentu saja aku tidak berani menegurnya karena entah mengapa tiba-tiba bulu kudukku berdiri...”</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah mereka bersepakat untuk meyiasati keanehan yang sama-sama di alami, masing-masing kembali diam. Karena Arman berjalan ke arah mereka, "Kalian kalau mau diskusi silakan pergi ke kantin..." tegurnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Maaf pak…" jawab Sandi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah Arman pergi, Mei mengajak mereka untuk segera keluar dan membicarakan rencana selanjutnya di cafe seberang perpustakaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sudah dua hari Ratih tidak masuk kerja, dia hanya mengirim pesan kepada Arman bahwa dia tidak enak badan. Malas bicara juga menerima telepon dari Arman.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya Ratih ingin memberitahu tentang kehamilannya kepada Arman, akan tetapi urung karena peristiwa malam itu dia telah kehilangan janin dalam kandungannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bahkan dia masih dalam perawatan di sebuah rumah sakit bahkan diapun tidak berani memberi khabar orang tuanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Malam itu dia ditemukan pingsan oleh Ibu kost dalam keadaan sangat mengenaskan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ratih dikejar rasa bersalah, teringat peristiwa pembunuhan malam itu dia selalu dihantui ketakutan luar biasa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Akibat dari kejadian itu dia tidak leluasa keluar masuk perpustakaan juga masuk kuliah, Ratih tidak bisa menyembunyikan rasa ketakutan apabila bertemu orang-orang yang sering dijumpainya di sana, meskipun Arman selalu bilang, "kamu harus bersikap sewajarnya..."</div>
<div style="text-align: justify;">
Mulanya dia bisa sedikit merasa tenang apabila Arman berada di sisinya,</div>
<div style="text-align: justify;">
"Tenanglah, jangan panik... semua akan selesai dan kita tidak akan berurusan dengan pihak berwajib. Tidak ada jejak yang kita tinggalkan dan bisa diketahui oleh orang lain"</div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak Ratih mengalami peristiwa yang sangat mengerikan malam itu bahkan hampir merenggut nyawanya, Ratih merasa yakin bahwa itu adalah arwah Via yang membalas dendam padanya. Mungkin dia akan melakukan lagi hal yang lebih parah sampai dia bisa membalaskan dendamnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Aku tidak boleh tinggal diam, tapi apa yang harus aku lakukan? Ini seperti selamat dari mulut harimau masuk ke mulut naga... aku harus meminta tolong seseorang".</div>
<div style="text-align: justify;">
Dia meraih hp dan menekan nomer dalam daftar kontak, "Ahhh!! Aku menyimpannya dalam hp yang sudah hancur itu..." Ratih berpikir keras bagaimana mendapatkan nomer yang di inginkan. </div>
<div style="text-align: justify;">
Dia yakin Mei bisa membantu dan merahasiakan apa yang akan dia sampaikan.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Saya tidak tahu kemana Ratih pergi... beberapa hari ini saya tidak melihat dia pulang". Bu Gandi terpaksa menuruti pesan Ratih untuk berbohong kepada Arman.</div>
<div style="text-align: justify;">
Arman tidak habis pikir kenapa Ratih tidak pernah mau angkat telpon sejak dua hari lalu kirim pesan, di kamarnya pun tidak ada tanda apa-apa atau sekedar pesan untuknya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dia mulai khawatir bukan hanya tentang keselamatan Ratih tapi lebih kepada rahasia mereka berdua, </div>
<div style="text-align: justify;">
"Jangan-jangan dia menghindariku karena ingin cari selamat sendiri atau dia akan melakukan hal lain... tapi apa? Kenapa Ratih tiba-tiba berubah begini"</div>
<div style="text-align: justify;">
pikir Arman sambil mondar-mandir di kamar Ratih, tidak lama kemudian dia keluar dan pergi menuju perpustakaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ratih curi-curi keluar dari rumah sakit, dia lolos dari pengawasan suster jaga ataupun petugas rumah sakit. </div>
<div style="text-align: justify;">
Tujuannya adalah perpustakaan, tidak lama kemudian sebuah taksi datang, "Perpustakaan Universitas Dharma, Pak..." Katanya sambil masuk ke dalam taksi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sesampainya di depan perpustakaan, suasana sudah mulai sepi. </div>
<div style="text-align: justify;">
Dia melihat sekeliling sebelum turun membuka pintu, </div>
<div style="text-align: justify;">
"Pak tunggu sebentar ya, nanti saya kembali dan hantar saya ke rumah sakit lagi" pesannnya kepada sopir taksi.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ya neng, saya tunggu di sini"</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah membayar ongkos taksi Ratih berjalan menuju pintu samping perpustakaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dirabanya kantong baju lalu mengeluarkan kunci pintu, membukanya perlahan berharap tidak ada pekerja lain yang sedang mengatur buku ke dalam rak atau sebagainya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak ada seorangpun di sana, mereka tutup lebih awal. </div>
<div style="text-align: justify;">
Ratih berjalan menuju meja counter menyalakan komputer menekan password. </div>
<div style="text-align: justify;">
Mengambil sekeping kertas menulis beberapa nomer, dia telah menetapkan pilihan untuk mencoba hubungi Mei.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak sulit menemukan nomer telepon Mei karena dia terdaftar sebagai anggota perpustakaan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ratih membuang rasa takut, bahkan dia tidak sekalipun menoleh ruang belakang tempat kejadian keji itu berlaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setengah berlari menuju pintu mendengar suara buku berjatuhan dari sana bahkan seperti mengejarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Segera dia keluar dan mengunci pintu menuju mobil taksi yang masih menunggunya di pinggir jalan, tetapi kakinya terantuk batu taman.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tubuhnya yang masih belum pulih limbung jatuh terjerembab.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sambil mengaduh kesakitan Ratih mencoba untuk bangun dan begitu terkejut ketika sepasang kaki telah berdiri sejengkal dari kepalanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
To be continued </div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07545967620142708662noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6017509971119711001.post-59168665806291414552016-01-08T11:38:00.002+07:002018-12-02T17:38:23.512+07:00Kisah Misteri Paling Menakutkan - Siluman<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Oleh : Bunga Desember</div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIsLQCv3XIQ7cBpjuEBwHKRKqG39qLatDPWsmLSPXxsVQEXXr5mVgF999Mf510EBlvulLvyIYr-dVJsHXQxDMotVwplaCLJ0yPigyRlTgq4YqZ_QlHQgZtUDc3ur7opM0R31o-PkKK12fK/s1600/Kisah+Misteri+Paling+Menakutkan+-+Siluman.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="150" data-original-width="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIsLQCv3XIQ7cBpjuEBwHKRKqG39qLatDPWsmLSPXxsVQEXXr5mVgF999Mf510EBlvulLvyIYr-dVJsHXQxDMotVwplaCLJ0yPigyRlTgq4YqZ_QlHQgZtUDc3ur7opM0R31o-PkKK12fK/s1600/Kisah+Misteri+Paling+Menakutkan+-+Siluman.jpg" /></a></div>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sudah tujuh purnama, desa Mbolomati dicekam oleh kehadian makhluk jadi-jadian yang muncul ketika bulan bulat penuh. Makhluk itu mencari tumbal berupa remaja yang usianya telah melewati tujuh belas tetapi belum mencapai dua puluh. Semua warga mengaku pernah melihat siluman itu, hanya aku yang belum pernah. Ini sangat aneh. Aku sempat meragukan cerita dari mulut ke mulut tersebut, tetapi setiap kali mereka menemukan mayat yang telah kehilangan jantung dan hatinya, aku juga ikut melihatnya sendiri, sehingga mau tak mau mempercayai keberadaan makhluk itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Malam ketujuh purnama, seperti purnama sebelumnya. Aku berniat membuktikan keberadaan siluman pemakan jantung yang meresahkan warga. Meskipun sebelumnya selalu gagal, namun malam ini aku harus berhasil. Aku pergi ke bukit dekat hutan, yang menurut warga adalah tempat asal siluman itu muncul. Di sana ada sebuah gubuk tua, bekas pos ronda. Namun kini tak ada yang berani berjaga jika purnama tiba.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kokok ayam menelusup ke telinga, membuatku terjaga. Tak lama kemudian, langit merekkah warna emas yang menyilaukan. Gubuk ini berada di lereng bukit sebelah tiimur, menghadap ke tempat matahari terbit. Indah. Aku menggeliat sembari mengumpulkan tenaga dan ingatan.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Hm... Gagal lagi," desahku.</div>
<div style="text-align: justify;">
Di balik bukit ini ada sungai yang masih jernih airnya dan merupakan sumber kehidupan warga desa. Aku melangkahkan kaki ke sana. Aku berjalan menuju pancuran bambu, melintasi wanita yang sedang mencuci pakaian sambil berbincang.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Kasihan, si Ningsih. Seharusnya bulan depan mereka menikah." Bi Sumi tampak murung. Disambut gidik ngeri oleh Mbah Minah dan Yu Asih.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ada apa dengan Ningsih, Bi?" selaku menghentikan tangan yang akan membasuh wajah dengan air pancuran.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Lho! memangnya kamu tidak tahu, Pan? Semalam calon suami Ningsih menjadi korban siluman itu. Dia mengambil jantung Jatmiko di depan ibunya sendiri. Mengerikan."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Hah!" Aku terbelalak. Setelah mencuci muka, aku segera melesat mencari dua temanku. Oleh warga desa, kami dijuluki 3P. Pandu, Panjul dan Polan. Biasanya aku melibatkan mereka berdua untuk memecahkan masalah. Tapi aku justru melupakan sahabatku untuk menyelidiki keberadaan siluman pemakan jantung ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Njul, Lan!" Kebetulan mereka sedang berada di pos ronda perbatasan.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Dari mana saja kau, Pan?" Mereka berdua menatapku sangsi, lalu berpandangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Panjang ceritanya. Pokoknya malam ini, aku butuh kalian berdua."</div>
<div style="text-align: justify;">
"Apa?" Mereka berdua terbelalak. Aku duduk dan mulai bercerita tentang apa yang kualami. Mereka tampak menyimak dengan seksama.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Malam ini, adalah malam purnama terakhir. Kita harus bisa mengungkap jati diri makhluk itu. Alih-alih meringkusnya!"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Hm... Baiklah. Kita akan berusaha."</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku lega. Berharap petaka di desa ini segera berakhir.</div>
<div style="text-align: justify;">
Matahari terbenam sempurna. Berganti cahaya bulan yang kekuningan. Aku, Panjul dan Polan telah berada di dalam gubuk di lereng bukit. Hatiku berdebar tak menentu. Malam ini aku lebih gugup dibanding malam-malam sebelumnya seorang diri. Hatiku mengatakan, malam ini siluman itu akan terungkap dan tertangkap.</div>
<div style="text-align: justify;">
Malam semakin larut. Suara cengkerik mulai menguasai bukit.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Makhluk itu muncul bersamaan dengan lolongan anjing hutan." Polan memberi tahu dengan setengah berbisik. Sedangkan aku sedang berupaya melawan kantuk hebat yang menyerang. Tidak! Malam ini harus berhasil, tidak boleh tertidur lagi seperti kemarin-kemarin.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Auuu...!"</div>
<div style="text-align: justify;">
Bulu kudukku berdiri. Aku hampir tidak bisa mengendalikan diri. Tubuhku gemetar di antara rasa kantuk. Aku mendekap telinga dan meringkuk di sudut balai-balai.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Auuuu... Auuuuuu... Auuuuu...!" Meski telah menutup telinga dengan rapat, suara anjing hutan tetap terdengar sayup di telingaku. Sedangkan rasa kantuk semakin menjadi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
Terdengar bising seperti suara lebah dan derap kaki ramai dan jelas. Aku terpaksa membuka mata meski berat, saat kurasakan tubuh diringkus oleh tangan-tangan kekar.</div>
<div style="text-align: justify;">
Kukuruyuk...!</div>
<div style="text-align: justify;">
Suara kokok ayam terdengar lebih lirih dari biasanya. Susah payah aku mengumpulkan tenaga dan ingatan sambil merekahkan kelopak mata yang terasa lengket.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Tak kusangka... Pantas saja dia tak pernah terlihat bila siluman itu muncul. Dia selalu pura-pura tidak tahu siapa yang tewas!" suara wanita yang tidak terlalu keras, namun sampai juga di telingaku. Aku hafal betul itu suara Yu Asih. Disusul suara jeritan dan tangis meraung-raung.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Polaaaaaaan...!" seorang wanita paruh baya bersimpuh di sisi mayat berlumuran darah dari dada yang terkoyak. Seluruh tubuhku ngilu melihatnya. Segera kukatupkan lagi kelopak mata ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Ayo, bawa makhluk jadi-jadian ini ke alun-alun desa. Dan masukkan ke dalam kerangkeng selama kita mengurus mayat Polan!" Suara Pak Lurah memberi perintah. Bersamaan dengan itu, tubuhku diseret dua pria kekar yang belum sempat kukenali wajahnya karena kepalaku langsung ditutup dengan kain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
"Bunuh saja!"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Bakar!"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Sudah banyak korban yang berjatuhan. Jangan sampai ada lagi remaja yang tewas sebagai mangsanya!"</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku meringkuk di dalam kerangkeng besi di tengah kerumunan warga. Mereka terus bersahutan meneriakkan hukuman yang pantas untuk siluman yang telah membunuh sanak keluarga mereka. Sedangkan aku hanya bisa mendengar tanpa tenaga, menahan sengatan sinar matahari dalam sergapan rasa lapar karena perut kosong.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Purnama sudah berakhir. Kita biarkan saja Pandu terkurung di kerangkeng ini. Tunggu sampai purnama datang, saat tubuhnya berubah wujud, baru kita bunuh dia." Keputusan Pak Lurah membubarkan kerumunan warga. Meninggalkan tubuhku di dalam kurungan besi di bawah sengatan matahari. Semua orang pergi, namun seorang wanita datang. Aku menatapnya tak percaya.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Yu Asih...," Tubuhku sudah sangat lemah sehingga suaraku hampir tak terdengar. Wanita yang selama ini sudah seperti kakakku itu meletakkan makanan dan minuman di luar kerangkeng.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Makanlah dulu." Dia segera berbalik, menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca. Melangkah pergi.</div>
<div style="text-align: justify;">
"Yu!" panggilku. Dia berhenti tanpa menoleh, "Di mana Panjul?"</div>
<div style="text-align: justify;">
"Dia masih trauma. Mengurung diri di kamar."</div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
Bulan bersinar penuh. Suara lolongan anjing hutan memecah kesunyian. Sesosok makhluk hitam penuh bulu dan matanya yang bulat menyala merah, melotot ke arahku. Tangan berkuku runcing, menjulur melewati sela-sela ruji besi yang memagari tubuhku.</div>
<div style="text-align: justify;">
- TAMAT -</div>
<div style="text-align: justify;">
SOLO 080116</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/07545967620142708662noreply@blogger.com0